TUBUHKU MILIKMU: IMAJINASI SEKSUALITAS PADA TUBUH ARTIS

  • Muhammad Irfan Syuhudi Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Keywords: Artis, Pelacur, Gaya Hidup, Pengawasan, Imajinasi

Abstract

Kehidupan artis tak pernah tuntas untuk diperbincangkan. Selalu saja ada sisi-sisi menarik dari diri seorang artis.
Artis seringkali diidentikkan berwajah cantik dan bergaya hidup glamour. Hal ini bisa juga diartikan sebagai
penanda kesukesan atas jerih payah profesi keartisan yang mereka lakoni selama ini. Meski begitu, publik
sempat dibuat heboh saat polisi menciduk seorang artis di sebuah hotel di Surabaya sedang melayani seorang
laki-laki. Artis muda ini diduga menjalani pekerjaan “lain”, menjadi pelacur. Tentu saja banyak yang bertanyatanya,
mengapa artis rela “menjual tubuhnya”, sedangkan di sisi lain, masyarakat melihat kehidupan artis itu
serba kecukupan. Salah satu sebabnya, tuntutan untuk menambah ekonomi, sekaligus memenuhi gaya hidup
mereka yang cenderung glamour. Kehidupan artis selalu mendapat pengawasan publik. Segala tindakan mereka
di ruang publik menjadi bahan perbincangan masyarakat. Ia memang berbeda dari masyarakat kebanyakan.
Selain cantik dan berpenampilan menarik, ia juga terkenal. Ini pula yang menyebabkan, ketika mereka menjalani
profesi di luar keartisan (melacurkan diri), tetap saja ada lelaki yang bersedia membayar puluhan juta rupiah
hingga ratusan juta rupiah untuk tarif sekali kencan. Yang bikin mahal adalah identitas keartisan yang melekat
pada dirinya, dan hal ini membawa imajinasi seksual laki-laki yang berhubungan dengannya.

References

Arymami, Dian. 2017. Transaksi Seks di Era
Media Baru. Yogyakarta:Jalasutra.
Aur, Alexander, 2005, “Pasca strukturalisme
Michel Foucault dan Gerbang Menuju
Dialog
Antarperadaban”, dalam Teori-Teori
Kebudayaan, (ed.) Sutrisno, Mudji dan
Putranto, Hendar, Yogyakarta:Kanisius.
Davies, Sharyn Graham. 2018. “Pengaturan
Seksual di Indonesia”, dalam
Seksualitas di Indonesia: Politik
Seksual, Kesehatan, Keberagaman, dan
Representasi.
Linda Rae Bennett, Sharyn Graham Davies,
Irwan Martua Hidayana (ed.).
Jakarta:Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Erfan, Mohammad dan Umiarso. 2016.
Konsep Tuhan Perspektif Pelacur:
Kajian Kritis Analitik dalam Frame
Dramaturgis Profanistik.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Kadir, Hatib Abdul, 2007. Tangan Kuasa
dalam Kelamin: Telaah Homoseks,
Pekerja Seks, dan Seks Bebas di
Indonesia. Yogyakarta:INSISTPress.
Kartono, Kartini. 2009. Patologi Sosial.
Jakarta: Rajawali Press.
Ratih, In Bene, 2005, “Perempuan dan
Teater”, dalam Teori-Teori Kebudayaan.
Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar (ed.).
Yogyakarta, Kanisius.
Reno Bachtiar & Edy Purnomo. 2007. Bisnis
Prostitusi Profesi yang
Menguntungkan.Yogyakarta:Pinus.
Soekanto, Soerjono, 2007. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Syam, Nur, 2010, Agama Pelacur;
Dramaturgi Transedental.
LKiS:Yogyakarta
Syuhudi, Muhammad Irfan. 2015. Dibenci,
Dihujat, dan Dirindukan: Pelacur dan
Kuasa Tubuh Perempuan. Mimikri.
Volume 1 Nomor 1. 2015.
Takwin, Bagus, 2006. “Habitus;
Perlengkapan dan Kerangka Panduan
Gaya hidup”, dalam Resistenti Gaya
Hidup: Teori dan Realitas. Alfathri
Adlin (ed.). Yogyakarta:Jalasutra.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:Balai Pustaka.
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-
4415883/35-artis-sudah-disebut-polisiterkait-
dugaan-prostitusi-online, diakses
26 Juni 2019.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
46773733, Kasus Vanessa Angel:
Prostitusi artis marak dan mahal karena
dianggap tawarkan 'nilai lebih', diakses
26 Juni 2019.
Published
2019-10-07