Strategi Pewarisan Nilai-Nilai Pappaseng dalam Masyarakat Bugis Wajo
Abstract
Tulisan ini mengkaji tentang strategi pewarisan nilai-nilai pappaseng pada masyarakat Bugis Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan yang di dalamnya mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Bugis, seperti; lempu’ (kejujuran); acca (kecendekiaan), sitinaja (kepatutan), getteng (ketehuhan), reso (usaha), siri’ (prinsip malu). Kajian diawali dengan pemerolehan teks pappaseng melalui sumber pustaka, yang kemudian diintegrasikan dengan sumber lisan. Analisis menggunakan teknik antropologi budaya dengan tujuan mengungkap strategi pewarisan nilai-nilai pappaseng dalam masyarakat Bugis Wajo. Hasil kajian menunjukkan bahwa pewarisan nilai-nilai luhur pappaseng melalui internalisasi; pembiasaan secara konsisten dengan memberi keteladanan dan penanaman nilai sebagai tindakan keseharian seseorang atau kelompok masyarakat hingga terjadi penyerapan nilai, norma, atau aturan sampai terbentuknya suatu pola tingkah laku sosial dalam kepribadiannya, sehingga dengan proses pewarisan nilai-nilai utama pappaseng yakni: lempu’ (jujur), acca (cendekia) melalui saluran-saluran pewarisan nilai seperti melalui keluarga, sosial masyarakat, lembaga pendidikan, dan pemerintah akan terbentuk manusia-manusia yang berkepribadian dan terpandang selaras dengan lingkungan sosial dan budayanya. Dalam istilah Bugis dikenal dengan tau tongeng atau to matanre siri. Pewarisan nilai-nilai pappaseng diungkapkan dalam bentuk pangaja (nasihat), elong (nyanyian), werekkada (ungkapan), dan bentuk percakapan atau diucapkan secara dialog guna membentuk karakter khas keturunannya dengan kedisiplinan, konsistensi agar senantiasa memiliki etika berinteraksi dengan sesama, tata krama terhadap orang tua, tidak lepas dari fungsi dan peranan pappaseng sebagai sumber nilai budaya dalam masyarakat Bugis di Kabputen Wajo Sulawesi Selatan.
References
Alauddin, Museum Fakultas Adab dan Humaniora UIN. n.d. Lontarak Wajo.
Aly, Hery Noer. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Christian Pelras. 2006. Manusia Bugis (Terj. The Bugis).
H.M. Dahlan. 2008. “Prosesi Pemilihan Jodoh Dalam Perkawinan: Perspektif Ajaran Islam Dan Budaya Lokal Di Kabupaten Sinjai.” Sosiohumanika.
Iswary, Ery. 2012. “Orientasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Makassar: Penguatan Peran Bahasa Ibu Menuju Good Society.” In . Denpasar.
Lontarak Wajo Tawang Matellue. n.d. Wajo.
Mattalitti. 1986. Pappaseng To Riolota; Wasiat Orang Dahulu. Jakarta: Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
Muhammad Qutub. n.d. Manhaj Al-Tarbiyyah Al-Islāmiyyah Juz 1. Cet. XIV. Al-Qāhirah: Dār al-Syurūq.
Museum Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar. n.d. Lontarak Belawa.
Rahim, A. Rahman. 2011. Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Lembaga Penerbit Universitas Hasanuddin.
Riadi, Slamet. 2019. “Latoa: Antropologi Politik Orang Bugis Karya Mattulada ‘Sebuah Tafsir Epistemologis’ (Latoa: Buginese Political Anthropology by Mattulada ‘An Interpretation of Epistemology’).” Pangadereng.
Susmihara. 2022. “Keselarasan Nilai-Nilai Budaya Bugis Dan Nilai-Nilai Islam (Kajian Tentang Pappaseng Dalam Lontara Bugis).” Makassar.
Yani, Ahmad. 2020. “Islamisasi Di Ajatappareng Abad XVI-XVII.” PUSAKA. https://doi.org/10.31969/pusaka.v8i2.420.
———. 2022. “Ekspresi Tazkiyah Al-Nafs Dalam Pappaseng Expression of Tazkiyah Al-Nafs in Pappaseng” 10 (2): 347–62.