https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/issue/feed PUSAKA 2023-11-30T02:45:15+00:00 A. Hijaz Mukhtar ijaztmukhtar@gmail.com Open Journal Systems <p>“Pusaka” Jurnal Khazanah Keagamaan terbit dua kali dalam setahun pada bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima tulisan mengenai Khazanah Keagamaan, meliputi: naskah klasik, naskah kontemporer, sejarah sosial keagamaan, arkeologi religi, tradisi dan budaya keagamaan, baik berupa artikel hasil penelitian, kajian non penelitian, dan tinjauan buku.</p> https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1224 Eksistensi Paondo sebagai Model Pengajaran bagi Penghayat Ada’ Mappurondo di Desa Ranteberang, Kabupaten Mamasa 2023-11-30T02:39:30+00:00 Ferdy Hidayat ferdyhidayat237@gmail.com <p>Ada’ Mappurondo adalah kepercayaan tertua masyarakat Kabupaten Mamasa, salah satunya di Desa Ranteberang, Kecamatan Buntu Malangka’. Penghayat Ada’ Mappurondo melaksanakan prinsip hidup melalui petuah dari para leluhur secara lisan, yang dalam bahasa Mamasa disebut Paondo. Petuah tersebut bersumber dari falsafah Pemali appa’ Randanna atau Empat Aturan Dasar. Paondo menguraikan berbagai macam laku kehidupan yang disampaikan oleh orang tua atau sesepuh/pemimpin kampung (tomatua). Artikel ini mengkaji eksistensi paondo sebagai model pengajaran bagi penghayat Ada’ Mappurondo. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang didesain secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan terutama jurnal ilmiah. Artikel ini mengungkapkan bahwa nama Ada’ Mappurondo artinya “ajaran lisan, tidak tertulis”. Sebagai model pengajaran, paondo berfungsi sebagai pembentuk identitas, proses transmisi pengetahuan, dan ekspresi keyakinan yang dianut penghayat. Keberadaan paondo terancam oleh karena faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal seperti desakan budaya asing, keterbukaan informasi melalui gadget dan penghayat yang migrasi keluar dari kampung halaman untuk merantau. Faktor internal adalah melemahnya laku-hidup dalam tatanan Ada’ Mappurondo, karena ajaran tomatua dalam paondo dianggap berseberangan sistem logika masyarakat modern dan pengetahuan yang terlalu hirarki karena terbatas pada keturunan tomatua. Hasil kajian menunjukkan bahwa eksistensi paondo bergantung pada terbangunnya kebiasaan para generasi muda di Desa Ranteberang dalam mendengarkan dan merefleksikan petuah yang ada dalam paondo sebagai pijakan penghayat Ada’ Mappurondo.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1227 Nilai-Nilai dan Fungsi Budaya Ain Ni Ain Dan Rasras Fanganan-Nan Pada Masayarakat Desa Tayando Kota Tual 2023-11-30T02:39:52+00:00 Umar Renhoat umarrenhoat@gmail.com Hanafi Pelu silawanehanafi@gmail.com Juairia Pelu juairiapelu@gmail.com <p>Budaya mengacu pada pola perilaku, konvensi, nilai, kepercayaan, bahasa, adat istiadat, dan cara hidup yang umum dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarkat tertentu. Ini mencakup semua aspek identifikasi kelompok manusia, seperti bagaimana orang berinteraksi, berpakaian, makan, berkomunikasi, dan mengalami lingkungan. Kebudayaan bersifat abstrak dan juga sosial. Budaya mencerminkan visi dan nilai-nilai suatu kelompok, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Hal ini penting dalam membentuk identitas individu dan komunal. Maksud dari tulisan, untuk meng-eksplore tentang Budaya Rasras Fanganan-nan dalam Bingkai Ain-ni-ain dalam menyelesaikan konflik pada masyarakat Desa Tayando Yamtel di Kota Tual. Metode yang digunakan dalam tulisan ini ialah, dengan cara pencarian berupa kualitatif, yakni memakai cara ilmiah untuk menguraikan data berupa kata-kata dan kalimat. Selain itu, metode kajian yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif, yang hanya digunakan untuk mendeskripsikan kejadian dan fenomena sosial masyarakat tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Budaya Ain Ni Ain dan rasras fanganan nan merupakan bagian dari Larvul Ngabal, dimana memiliki arti yang sama tetapi melayani tugas yang berbeda dan memegang posisi yang berbeda dalam masyarakat. Ain Ni Ain dan rasras fanganan nan merupakan nilai-nilai hukum adat yang berfungsi untuk mempersatukan keberagaman kelompok masyarakat yang beraneka ragam, sedangkan rasras fanganan nan merupakan sikap yang timbul atas dasar saling cinta dan kasih sayang untuk menyatukan pikiran dan perasaan dalam masyarakat majemuk yang mereka adalah unit yang memiliki kakek-nenek bersama.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1228 Falsafah Pobinci-Binciki Kuli Sebagai dasar Kerukunan Umat Beragama Pada Masyarakat Buton 2023-11-30T02:40:23+00:00 Mutawally Mutawally mutawallyd@gmail.com <p>&nbsp;Sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia mencatat telah terjadi beberapa konflik antara penganut agama dan suku, seperti konflik di Ambon Maluku antara Islam dan Kristen pada tahun 1999, konflik suku di Sampit Kalimantan Tengah antara Dayak dan Madura pada tahun 2001. Mengambil sikap terhadap konflik-konflik seperti di atas, bukanlah sekadar melakukan penyelesaian setelah terjadi, tetapi hal penting adalah melakukan pencegahan dengan melibatkan kearifan-kearifan lokal yang dalam masyarakat terutama yang terakait dengan nilai-nilai kerukunan hidup beragama. Penelitian ini akan mengkaji pobinci-binciku kuli yang merupakan kearifan masyarakat Buton yang sejak dahulu telah menjadi sumber tatanan kehidupan di masyarakat dalam menciptakan kerukunan sosial. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan material kajian pobinci-binci kuli. Pengumpulan data ini melibatkan beberapa informan yang dipilih melalui purposive sampling dimana data dihasilkan melalui teknik pengumpulan data wawancara dan studi dokumen. Kajian dilakukan berfokus pada pengungkapan konsep falsafah orang Buton dalam teks pobinci-binciki kuli, kemudian melihat kontribusinya dalam menciptakan kerukunan hidup bagi umat beragama. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa falsafah pobinci-binciki kuli adalah nilai luhur yang menjadi alat perekat masyarakat Buton yang bersatu dalam kondisi mereka yang berbeda dan menjadi dasar konstitusi kesultanan Buton. Pobinci-binciki kuli mengandung empat falsafah (pataanguna) yaitu: (1) pomae-maeka (saling menakuti), (2) pomaa￾maasiaka (saling menyanyangi), (3) popia-piara (saling memelihara), (4) poangka-angkataka (saling menghormati dan menghargai). Keempat falsafah tersebut mengandung pesan kerukunan hidup dalam masyarakat Buton. Hasil kajian ini memiliki kontribusi yang signifikan dalam menciptakan model kerukunan hidup umat beragama yang rukun, damai, dan harmonis dalam konteks keindonesiaan.&nbsp;</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1232 Nilai-Nilai Islam Dalam Tradisi Erau Kutai Kartanegara 2023-11-30T02:40:45+00:00 Hadinata Hadinata hnata707@gmail.com M. Helmi bahellers@gmail.com Rega Armella regaarmella15101991@gmail.com Wildan Syauqi w.saugi@uinsi.ac.id <p>Nilai-nilai Islam adalah sebuah kumpulan dari prinsip hidup yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, yang mengajarkan manusia tentang cara yang seharusnya ditempuh untuk menjalankan kehidupan di dunia ini berdasarkan tuntunan islam. Nilai-nilai islam akan selalu ditemukan di mana saja selama itu adalah pemaslahatan untuk umat. Tak terkecuali dalam acara adat Erau yang dilaksanakan di kabupaten Kutai Kartanegara. Erau Kutai Kartanegara adalah sebuah acara adat yang dilaksanakan rutin tiap tahun secara meriah dengan tamu dari berbagai negara. Penelitian ini akan membahas terkait nilai-nilai islam yang ditemui dalam acara Erau Kutai Kartanegara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai Islam apa saja yang bisa ditemui di dalam acara adat Erau. Penelitian ini menggunakan beberapa karya tulis ilmiah terkait budaya dan nilai-nilai Nilai-Nilai Islam Dalam Tradisi Erau Kutai Kartanegara .... – Hadinata, Dkk. 288 Revisi II 05 November 2023 Disetujui 19 November 2023 Islam sebagai referensinya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian perpustakaan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data yang didapatkan berasal dari berbagai karya tulis ilmiah seperti artikel dan prosiding yang didapatkan di situs pencarian karya tulis ilmiah yaitu google scholar dengan menggunakan beberapa kata kunci, yaitu nilai nilai islam dan Erau Kutai Kartanegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai Islam yang dapat ditemui di acara Erau yang beragam, di antaranya adalah nilai spiritual dan nilai etika dan moral. Masuknya Islam ke wilayah Kutai memberi dampak islamisasi dalam masyarakat Kutai yang dapat ditemui dalam hubungan sosial, aturan, kelembagaan dan budaya.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1234 Menguak Kearifan Lokal Masyarakat Toraja dalam Menjaga Toleransi 2023-11-30T02:41:04+00:00 Sudarmin Tandi Pora’ ammy.mkl79@gmail.com Aisya Alkestri Malleana aisyaalkestri27@gmail.com Nurhasanah Nurhasanah nurhasanah.luwutimur@gmail.com <p>Toraja merupakan salah satu suku yang terkenal dengan budayanya dan toleransi dalam tatanan masyarakat di Indonesia. Di tengah gempuran global, masyarakat Toraja masih mampu mempertahankan keunikan adat dan budayanya secara turun temurun. Fokus permasalahan dalam artikel ini membahas mengenai kearifan lokal masyarakat Toraja dalam menjaga toleransi. Penelitian ini menggunakan kualitatif, pengumpulan data menggunakan cara observasi pada masyarakat Toraja yang masih mempertahankan tradisi Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ dalam aktivitas kehidupannya. Melakukan wawancara dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat yang menjadi tetua kampung sebagai pelaku dalam ritual tersebut serta wawancara khusus dengan tokoh agama untuk mengaitkan antara tradisi dan ajaran agama. Hasil penelitian ini menunjukkan, tradisi Rambu Tuka’ yaitu aktivitas acara suka cita seperti pernikahan, syukuran, peringatan hari lahir dan pesta panen dan rambu solo yaitu aktivitas adat dalam duka cita yaitu ritual adat kematian dapat memelihara buday 3s. Kedua ritual ini mencerminkan nilai kearifan lokal yang merupakan tatanan dalam masyarakat Toraja bahwa terdapat tiga nilai yang menjadi simpul perekat persaudaraan serta terbangunnya toleransi dalam kehidupan beragama di Tana Toraja yang disingkat Budaya 3S yaitu siangga, siangkaran, dan sikamali. Siangga artinya sikap saling menghargai. Siangkaran dimaknai sebagai sikap tolong menolong. Sedangkan sikamali diartikan sebagai sikap saling merindukan. nilai kearifan lokal tersebut terimplementasi dan tersimpul dalam sebuah wadah rumah milik bersama yang disebut Tongkonan.&nbsp;</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1235 Refleksi Sosio-Kultural Tradisi Ruwahan di Kota Pontianak dan Korelasinya dengan Ajaran Islam 2023-11-30T02:41:22+00:00 M. Sufyan Tsauri sufyantsa@gmail.com Adiansyah Adiansyah adiansyah@iainptk.ac.id Pipit Widiatmaka pipitwidiatmaka@iainptk.ac.id M. Fadhil Yarda Gafallo fadhil.gafallo@iainptk.ac.id <p>Ruwahan merupakan salah satu tradisi masyarakat muslim Jawa, Madura, Melayu, Bugis di Pontianak. Artikel ini mengkaji lebih dalam bentuk pelaksanaan tradisi Ruwahan di Kota Pontianak dan berbagai macam variablenya, mencakup aspek sosial, budaya, dan ekonomi serta melihat relevansinya dengan ajaran Islam. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan langsung pada informan. Data primer diperoleh melalui observasi di beberapa lokasi pelaksanaan tradisi Ruwahan meliputi masjid, mushalla, madrasah diniyah dan area pemakaman. Sedangkan wawancara diperoleh melalui informan meliputi tokoh agama, tokoh adat dan pedagang di 3 pasar. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka seperi buku, jurnal, dan penelitian yang relevan dengan objek penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan mengungkapkan; pertama, Ruwahan di Pontianak tidak dapat dilepaskan dari peran masyarakat muslim dan telah menjadi tradisi bagi masyarakat setempat. Kedua, tradisi Ruwahan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan ekonomi bagi masyarakat Kota Pontianak. Ketiga, tradisi Ruwahan yang dilaksanakan di Pontianak tidak bertentangan dengan ajaran Islam, oleh karena tidak terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam, dalam hal keyakinan, praktik ziarah kubur, sedekah Ruwahan dan praktik-praktik yang terdapat dalam tradisi Ruwahan. Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menguatkan eksistensi tradisi Ruwahan di tengah-tengah masyarakat terutama yang berkaitan dengan isu bid’ah dan syirik dalam praktik Ruwahan yang kerap kali di tuduhkan oleh kelompok intoleran.&nbsp;</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1239 Strategi Harmonisasi Ilmu Modern dan Ilmu Agama di Lingkungan Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan 2023-11-30T02:41:52+00:00 Hendri Hermawan Adinugraha hendri.hermawan@uingusdur.ac.id Maghfur Ahmad maghfur@uingusdur.ac.id Achmad Tubagus Surur achmad.tubagus.surur@uingusdur.ac.id <p>Penekanan pada ilmu agama dengan menafyikan ilmu-ilmu lain adalah masalah utama dengan aktualitas dikotomi dalam ilmu. Hubungan antara filsafat, sains, dan agama merupakan topik yang masih sangat relevan untuk dikaji. Fakta sosial yakni masih banyak orang yang berpendapat bahwa ketiga hal itu saling bertentangan. Padahal, hubungan itu bisa diharmonisasikan melalui konsep harmonisasi sains dan agama. Tujuan penulisan artikel ini ialah untuk mendeskripsikan prinsip, pendekatan, dan langkah strategis harmonisasi ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Metode penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan pustaka yang bersumber dari jurnal dan buku otoritatif mengenai harmonisasi ilmu dan agama. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa khilafiyah antara sains dan agama sudah menjadi perdebatan sejak lama. Proses harmonisasi bertujuan untuk menyelaraskan antara sains dan agama. Harmonisasi ilmu merupakan proses dinamis dan strategis yang menjaga keselarasan antara ilmu modern dan ilmu agama saat ini. Selama harmonisasi agama dalam sains dan/atau sebaliknya sains dalam agama untuk kemaslahatan umat sesuai dengan maqashid syariah maka itu sangat diperbolehkan dalam ajaran Islam. UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan melakukanharmonisasi sains dan agama dengan cara menyelaraskan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru. Usaha tersebut membentuk sebuah corak ilmu yang merupakan hasil sinergitas bersama antara berbagai ragam sains dengan ilmu agama Islam.&nbsp;</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1240 Konsep Budaya Keturunan dan Kemandulan Dalam Hubungannya dengan Kesetaraan Gender: Perspektif Teologi Kontekstual 2023-11-30T02:42:17+00:00 Yohanes Krismantyo Susanta yohanessusanta@gmail.com <p>Ketiadaan anak dalam keluarga kerapkali menjadi persoalan bagi sebagian besar suku di Indonesia, termasuk masyarakat Tana Toraja. Dalam konteks ketidakhadiran anak dalam pernikahan, seringkali perempuan menjadi pihak yang disalahkan atas kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah keturunan dan kemandulan dalam konteks budaya Toraja dan hubungannya dengan persoalan ketidakadilan gender dengan memanfaatkan pendekatan teologi kontekstual model sintesis. Untuk memperoleh data penelitian, metode yang digunakan adalah studi pustaka dan wawancara terhadap sejumlah informan yaitu warga jemaat gereja dan tokoh adat yang dipandang mampu untuk memberikan informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjumpaan atau dialog antara konteks budaya Toraja dan konteks kekristenan dapat menghasilkan pemahaman yang membebaskan baik perempuan maupun laki-laki dari konstruksi sosial yang menindas, khususnya para istri atau perempuan. Perjumpaan antara budaya Toraja dan tradisi alkitabiah seharusnya menjadi inspirasi untuk melawan segala bentuk ketidakadilan karena laki-laki dan perempuan diciptakan sebagai makhluk yang setara di hadapan sang Pencipta. Nilai-nilai positif dari kedua konteks dapat menjadi acuan dan bekal berharga dalam mewujudkan upaya penegakan kesetaraan gender dalam konteks Toraja, termasuk terkait dengan persoalan keturunan dan kemandulan yang dapat dialami baik laki-laki maupun perempuan. Teologi kontekstual yang dihasilkan lewat artikel ini adalah usaha untuk menjunjung nilai-nilai keadilan dan kesetaraan yang senantiasa perlu dimasyarakatkan.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1242 Peran Media Sosial dalam Menyebarkan Pesan Agama dan Perubahan Sosial 2023-11-30T02:42:46+00:00 Juniarti Iryani juniartiiryani1692@gmail.com Nurwahid Syam idho991syam@gmail.com <p>Media sosial sekarang ini merupakan hal yang sudah menyatu dengan keseharian sebagian besar masyarakat di Indonesia. Media sosial masuk dalam berbagai jenjang usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Pengaruh media sosial ini sangat beragam baik dalam aspek agama maupun aspek sosial. Penelitian ini terfokus pada beberapa aspek yakni peran media sosial dalam menyebarkan pesan agama, dampak perubahan sosial dan dampak media sosial dalam pembentukan opini publik. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif atau literature review dengan cara membaca, mempelajari, dan menganalisis dari jurnal, buku, artikel, prosiding, dan ma kalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Teknologi digital dan media sosial telah mengubah cara agama disebarkan dan diakses oleh individu. Mereka membuka peluang untuk mencapai audiens yang lebih luas, meningkatkan keterlibatan aktif, dan meningkatkan efisiensi dalam penyebaran ajaran agama. Dengan demikian, media sosial memainkan peran kunci dalam penyebaran agama di era kontemporer. 2) Peran media sosial dalam perubahan sosial juga berdampak pada perubahan gaya dan pola hidup masyarakat. Dari perspektif interaksi sosial, perubahan sosial dalam masyarakat disebabkan oleh kemudahan manusia berinteraksi melalui media sosial. Akibatnya, interaksi sosial dalam dunia nyata dapat mengalami penurunan. Manusia tidak perlu lagi bertemu langsung untuk berkomunikasi, yang akhirnya dapat menghasilkan masyarakat yang lebih tertutup. Oleh karena itu, media sosial telah mengubah berbagai aspek struktur sosial dan budaya dalam masyarakat, dengan dampak positif dan negatif yang signifikan. 3) Media sosial bukan hanya alat komunikasi,tetapi juga merupakan alat pengaruh yang kuat dalam membentuk pandangan dan perilaku politik serta dalam menyebarkan berbagai informasi kepada masyarakat.&nbsp;</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1243 Ketib Anom: Etika dan Kepribadian Guru Bijaksana dalam Serat Cebolek 2023-11-30T02:43:22+00:00 Danur Putut Permadi pututpermadidanur@gmail.com Hanif Fitri Yantari haniffitriyantari@gmail.com <p>Serat Cebolek adalah salah satu karya yang luar biasa karya dari pujangga Keraton Surakarta, yaitu Raden Ngabehi Yasadipura I. Serat Cebolek berisi tentang pertentangan antara Haji Mutamakkin dan Ketib Anom. Haji Mutamakkin adalah yang tokoh kontroversial, beliau adalah seorang ulama yang berasal dar pesisir utara Jawa dan didakwa telah mengajarkan ilmu hakikat kepada khalayak ramai tanpa bersandar pada syariat. Atas dasar inilah perkumpulan para ulama yang dipimpin oleh Ketib Anom melaporkan kejadian ini kepada raja Kartasura agar Haji Mutamakkin diberikan hukuman mati. Dalam Serat Cebolek, Ketib Anom digambarkan sebagai seorang guru yang bijaksana, sedangkan Haji Mutamakkin digambarkan sebagai seorang guru yang tidak tahu diri. Hal inilah yang menjadi menarik untuk dikaji dengan melihat bagaimana seorang guru harus bersikap terhadap muridnya menurut etika Jawa milik Franz Magnis Suseno. Etika adalah salah satu cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari mengenai manusia dari sudut perbuatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan mengkaji dari sumber tertulis maupun buku yang masih relevan membahasa tentang Serat Cebolek. Hasil penelitian ini memandang bahwa kaitannya dengan nilai-nilai etika dalam berperilaku, seorang guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi dan menjadi pribadi yang bijaksana agar dapat menuntun murid-muridnya mendapatkan ilmu pengetahuan yang jauh di atasnya. Sedangkan, guru yang tidak tahu diri adalah guru yang merasa dirinya memiliki ilmu yang melimpah, merasa dirinya paling hebat, dan angkuh dalam bersikap dan berkata-kata.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1244 Diskursus antara Islam and Catholicism dalam Perspektif Moderasi Beragama Onadio Leonardo dan Da’i Habib Husein Ja’far pada Podcast Youtube 2023-11-30T00:25:43+00:00 Rachmat Adiwijaya adiwidjayarachmat93@gmail.com Deni Puji Utomo deniutomo96@gmail.com <p>Artikel ini bertujuan untuk mengungkap hal-hal terkait bagaimana pemahaman umat non-muslim terhadap agama Islam, atas apa yang ia lihat dan ia dengar di media sosial, yang kita temukan melalui sebuah konten podcast Kanal Youtube Deddy Corbuzier yang didalamnya Ada Habib Husein Ja’far sebagai cendekiawan muslim yang memberikan pengetahuan bagaimana sebenarnya agama Islam itu kepada Onadio Lenardo yang beragama Katolik, atas pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan Onad terhadap pemahaman yang ia ketahui mengenai Islam di kehidupan nyata dengan bagaimana sebenarnya ajaran agama Islam yang semestinya. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, kami sebagai penulis mengungkapkan apa yang kami temukan dalam Konten Podcast Login anatara Habib Husein Ja’far dengan Onadio Leonardo pada Kanal Youtube Deddy Corbuzier. Podcast menjadi salah satu media yang tepat dalam rangka diskursus pemahaman agama, yang penting untuk dilakukan saat ini. Podcast merupakan salah satu bentuk dari perwujudan konten media sosial yang menjadi representasi bentuk metode dakwah mujadalah yang sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an, yang dapat beradaptasi dengan fenoimena islam populer. Kata Kunci: Diskursus Pemahaman Agama, Podcast, Habib Husein Ja’far</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1246 Potret Terkini Tradisi Gendurenan di Ngaglik Sleman 2023-11-30T02:44:00+00:00 Siswoyo Aris Munandar siswoyoaris31@gmail.com <p>Tradisi Genduren, yang memiliki akar budaya yang kaya dan mencakup aspek keagamaan. Selain itu fenomena tradisi Gendurenan menarik untuk dijelajahi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman mendalam tentang bagaimana tradisi Genduren yang dijalankan di Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, serta untuk memahami perubahan makna dan nilai-nilai sosial yang terjadi seiring berjalannya waktu. Penelitian ini juga mengeksplorasi dampak tradisi ini terhadap komunitas lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Informan penelitian terdiri dari tokoh adat, tokoh agama, dan anggota masyarakat yang terlibat dalam tradisi Genduren. Data dianalisis melalui proses reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Genduren di Ngaglik memiliki nilai yang mendalam dalam membentuk ikatan sosial dan keagamaan. Tradisi ini dijalankan dengan melibatkan komunitas yang bersatu dalam merayakan momen-momen penting dalam kehidupan, seperti pernikahan, kelahiran, dan pencapaian tertentu. Namun, terdapat perubahan makna dan tata cara dalam tradisi ini, yang tercermin dalam transformasi dari aspek budaya yang lebih kuno menjadi ekspresi keagamaan. Nilai-nilai sosial, seperti solidaritas, gotong royong, dan kerjasama, diperkuat melalui tradisi ini. Meskipun ada adaptasi terhadap perubahan zaman, tradisi Genduren tetap memegang peranan penting dalam mempertahankan identitas budaya dan agama dalam masyarakat. Implikasi sosial dan budaya dari tradisi Genduren di Ngaglik menunjukkan bahwa tradisi ini memainkan peran dalam membangun harmoni sosial dan memelihara nilai-nilai lokal.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1248 Upaya Menumbuhkan Sikap Moderasi Beragama melalui Budaya Literasi Tafsir pada Masyarakat Pedesaan di Desa Bonde Kecamatan Campalagian, Polman 2023-11-30T02:44:20+00:00 Muhammad Nur Murdan nure1mandary@stainmajene.ac.id Syarifuddin Syarifuddin syarifuddinamir84@yahoo.com Muhammad Nur Khalid khalidmandar99@gmail.com Arpa Amir arpaamir87@guru.smp.belajar.id <p>Fenomena hijrah yang sedang tren di tengah masyarakat Indonesia saat ini, sejatinya diharapkan melahirkan pengaruh positif dalam mengembankan nuansa spiritual kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sangat disayangkan, hal tersebut kadang diiringi pemahaman yang ekstrim dalam beragama, dimana mereka secara sepihak mengklaim bahwa interpretasinyalah atas ayat-ayat al-Qur’an yang paling benar. Mereka menutup mata pada fakta historis akan beragamnya metodologi dan pendekatan interpretasi dalam tradisi penafsiran al-Qur’an oleh para ulamaulama tafsir dari masa ke masa. Oleh karena itu budaya literasi tafsir yang menjadi objek kajian dalam tulisan ini, diharapkan dapat menjawab permasalahan trush claim atau merasa paling benar dalam upaya&nbsp;menumbuhkan wacana moderasi beragama di Indonesia. Budaya literasi Tafsir, bukanlah hal yang baru, namun sudah berjalan sejak awal masamasa penyebaran ajaran agama Islam di Nusantara pada abad ke-16. Begitu pula dengan kegiatan pengajian Tafsir yang senantiasa digalakkan oleh Masjid Raya Campalagian yang sudah berjalan dalam kurun dua abad lamanya. Melalui metode penelitian kualitatif, dengan wawancara mendalam, observasi partisipatif dan dokumentasi sebagai sumber primer, tulisan ini mencoba menguraikan bentuk literasi tafsir oleh Masyarakat di Desa Bonde di lingkungan Masjid Raya Campalagian Mangaji kitta (mangaji kitab kuning) sudah menjadi tradisi dan mengakar di dalam masyarakat Desa Bonde. Tradisi tersebut masih terjaga dengan mengedepankan barakka’ atas amal saleh para ulama-ulama terdahulu. Penggunaan percampuran bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa setempat, dan pemanfaatan media IT menjadi gerakan inovasi yang digalakkan dalam menjawab tantangan multi-kultural dan multi-media masyarakat yang homogen. Antusias masyarakatpun tak memudar untuk senantiasa berperan aktif menjadi mustami’ (pendengar) dalam kegiatan ini, sebagai wadah dalam memperdalam khazanah keilmuan keislaman mereka.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1249 Tinjauan Netnografi dalam Wacana Intoleransi Warganet pada Akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabillah 2023-11-30T02:44:45+00:00 Ramadhanita Mustika Sari ramadhanita.sari@uin-suka.ac.id <p>Artikel ini membincangkan narasi intoleransi warganet yang terdapat pada akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Dewasa ini pemberitaan isu-isu keagamaan di media sosial banyak mengandung propaganda yang menunjukkan sikap tidak toleran pada perbedaan pandangan, maupun pendapat dengan pihak lain yang berbeda aliran atau paham keagamaan. Artikel ini berangkat dari permasalahan bagaimana warganet dalam hal ini akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah menampilkan postingan yang mengandung narasi intoleransi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Peneliti menggunakan teori analisa wacana kritis Fairclough untuk menganalisa isi akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Fairclough mendeskripsikan tiga dimensi, yaitu: 1) teks. Pada dimensi ini data teks menjadi objek kajian yang di analisis. Dalam dimensi ini dilihat aspek kebahasaan ditampilkan melalui representasi, relasi, dan identitas; 2) discourse practice atau analisis praktek wacana. Pada dimensi ini ditentukan proses reproduksi dan konsumsi suatu teks. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada kolom komentar dari akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah; 3) dan socio-cultural practice. Dimensi ini menekankan pada analisis hubungan antara relasi akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah, budaya yang ada di lingkungan si pemilik akun tersebut dan politik tertentu yang berpengaruh terhadap kehadiran teks. Tulisan ini menggunakan pendekatan netnografi dalam menganalisis kasus akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Data yang digunakan berasal dari isi konten akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah yang menggemakan jihad, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan wacana kritis. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan warganet menampilkan komentar atau pendapat yang bernada intoleransi yang terdapat pada akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Narasi intoleransi itu terkesan sebagai perang pemahaman keagamaan seseorang yang kemudian ditampilkan, selanjutnya direspon oleh warganet lainnya. Tampilan tersebut terjadi proses komunikasi yang menunjukkan adanya sikap yang terindikasi sebagai propaganda. Konten-konten itu dapat menjadi sebab munculnya paham dan sikap intoleransi bagi warganet.&nbsp;</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1250 Fenomena Uang Panai Pada Mahasiswa Bugis-Makassar di Yogyakarta: Kajian Negosiasi Identitas Budaya 2023-11-30T02:45:15+00:00 Ibnu Azka ibnuazka00@gmail.com Yusril Bariki yusrilpersibat@gmail.com Nurfadillah Nurfadillah fadilahkhumairah@gmail.com <p>Artikel ini bertujuan untuk mengungkap fenomena budaya Uang Panai dalam konteks negosiasi identitas mahasiswa/mahasiswi suku BugisMakassar di Yogyakarta, dalam konteks antara cinta dan gengsi. Sejumlah fenomena, mulai dari kawin lari, pembatalan pernikahan, tekanan psikologis, bunuh diri, pernikahan paksa, hingga sekadar menjadi tamu undangan, membuka pintu bagi penelitian ini untuk mengkaji bagaimana perempuan Bugis bernegosiasi mengenai identitas budaya mereka ketika berhadapan dengan rencana pernikahan atau saat mereka sudah menikah dalam lingkungan perantauan khususnya di Yogyakarta. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif kualitatif untuk mendalami fenomena Uang Panai dan menganalisisnya dengan menerapkan teori negosiasi identitas oleh Stella Ting-Toomey. Data-data penelitian diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan informan kalangan mahasiswa/mahasiswi suku Bugis asli yang bermukim di Yogyakarta. Hasil&nbsp;penelitian ini mengungkapkan tiga temuan, yaitu: pertama, Uang Panai merupakan elemen budaya yang sangat dihormati oleh masyarakat suku Bugis Makassar sekaligus dipandang sebagai tanda penghargaan yang harus diberikan oleh perempuan Bugis ketika mereka hendak menikah; kedua, proses negosiasi identitas budaya Uang Panai sebagian besar diletakkan pada pundak perempuan Bugis, sementara peran laki-laki Bugis dalam proses ini jauh lebih terbatas; ketiga, bagi laki-laki yang ingin menikahi seorang perempuan Bugis, ia memiliki kewajiban mutlak untuk menyiapkan Uang Panai. Keputusan dua insan yang akan menuju jenjang perkawinan, modal cinta saja tidaklah mencukupi, tanpa pemenuhan Uang Panai, maka proses pernikahan tidak akan dapat terwujud.</p> 2023-11-05T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement##