https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/issue/feed PUSAKA 2024-11-30T03:16:32+00:00 A. Hijaz Mukhtar ijaztmukhtar@gmail.com Open Journal Systems <p>“Pusaka” Jurnal Khazanah Keagamaan terbit dua kali dalam setahun pada bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima tulisan mengenai Khazanah Keagamaan, meliputi: naskah klasik, naskah kontemporer, sejarah sosial keagamaan, arkeologi religi, tradisi dan budaya keagamaan, baik berupa artikel hasil penelitian, kajian non penelitian, dan tinjauan buku.</p> https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1558 Ciri Khas Nisan pada Makam Belanda di Kota Ternate 2024-11-30T03:16:31+00:00 Komang Ayu Suwindiatrini ayu.suwindia@gmail.com Helmi Yanar Dwi Prasetyo helmi.arkeo@gmail.com <p>Jejak peninggalan Belanda tidak hanya terlihat dari bangunan-bangunan besar, tapi juga dari struktur kecil seperti makam. Secara umum pembahasan tentang makam Belanda di Indonesia lebih banyak fokus pada Jawa dan Sumatera, akan tetapi masih sangat kurang pembahasan tentang makam Belanda di timur Indonesia termasuk Kota Ternate. Menurut catatan sejarah, Ternate dan sekitarnya adalah daerah tujuan masyarakat dunia karena kehadiran rempah. Padahal ada jejak yang masih tersisa&nbsp; hingga saat ini dan ada data arkeologis yang dapat digali dari makam tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus serta berpijak pada data utama dari Laporan Pendataan Makam Belanda di Kota Ternate milik Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara yang selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan korpus data secara lebih spesifik. Dari korpus data yang ada, diharapkan dapat diketahui siapa saja persona yang dimakamkan serta makna dibalik lambang heraldik yang dibuat pada nisan. Makam yang ada di Ternate secara garis besar dibagi dalam dua periode yaitu VOC dan Hindia Belanda. Hasil yang didapat salah satunya yaitu tentang kondisi politik mempengaruhi bentuk makam yang ada. Jika di awal masa VOC, makam Belanda di Ternate dibuat bagus dengan banyak lambang, maka pada masa berikutnya, makam-makam yang ditemukan bentuknya lebih sederhana karena dari segi bahan, ukuran dan ragam hias&nbsp; tidak serumit makam dari periode VOC.</p> 2024-11-26T19:34:35+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1568 Fenomena Ndadi Sebagai Media Pendidikan Nilai Dalam Masyarakat Tradisional Jawa 2024-11-26T19:40:23+00:00 Mahattama Banteng Sukarno mahattamabantengsukarno@gmail.com <p>Fenomena <em>Ndadi</em> dalam pertunjukan kesenian<em> Kuda Lumping </em>memiliki peran signifikan dalam masyarakat tradisional Jawa <em>Abangan</em>, yaitu sebagai media pendidikan berbasis nilai. Para sesepuh dan tokoh Agama Jawa memanfaatkannya untuk menyampaikan ajaran moral, etika, dan spiritual kepada anggota masyarakat, baik di dalam maupun di luar komunitas. Namun, fenomena ini sering kali menghadapi dominasi dan hegemoni ideologis dari individu atau kelompok agama formal yang menginterpretasikan <em>Ndadi</em> sesuai dengan perspektif mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna <em>Ndadi</em> dari sudut pandang para pemain, khususnya para sesepuh kesenian <em>Kuda Lumping</em>. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dan mengacu pada perspektif interaksionisme simbolik George Herbert Mead, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian: Bagaimana fenomena <em>Ndadi</em> dalam pertunjukan <em>Kuda Lumping</em> berfungsi sebagai media pendidikan nilai dalam masyarakat tradisional Jawa? Penelitian ini menemukan bahwa <em>Ndadi</em> merupakan media yang sangat bermakna dalam pendidikan berbasis nilai. Dalam memahami makna dan nilai-nilai tersebut, para pelaku sosial perlu memahami konsep kosmologis Agama Jawa, yang memungkinkan mereka untuk mengungkap nilai-nilai seperti keberanian, pengorbanan, kesetiaan, kebersamaan, keselarasan dengan alam dan dunia spiritual, keadilan, serta rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Nilai-nilai ini dapat dengan mudah dipahami melalui <em>Ndadi,</em> karena relevan, otentik, menarik, interaktif, menghargai keragaman budaya, membangkitkan emosi dan refleksi, serta kontekstual, dengan memanfaatkan elemen visual dan pendengaran yang menarik. Selain itu, <em>Ndadi</em> juga menunjukkan keterkaitan erat antara ekspresi seni dan spiritualitas lokal yang unik, yang memperkuat identitas budaya komunitas.</p> 2024-11-26T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1560 ‘Aqīdah, Qabīlah dan Ghanīmah: Reformulasi Trialektika Politik Islam-Arab al-Jābirī dalam Membaca Sejarah Kemunduran Islam 2024-11-25T17:55:37+00:00 Aldi Hidayat hidayataldi66@gmail.com <p>Kemunduran Islam merupakan topik perdebatan antar akademisi, intelektual, ulama dan cendekiawan setidaknya mengenai faktor-faktornya. Akan tetapi, jarang disorot tentang kapan kemunduran tersebut berlangsung. Mayoritas mengidentifikasi kemunduran Islam terjadi pasca runtuhnya Baghdād pada 1258 M dan hancurnya Andalusia pada 1492 M. Persepsi ini secara tidak langsung memosisikan sejarah Islam sebagai peristiwa yang sistematis, bukan simultan. Artikel ini hendak mengungkap sisi tak terbaca dari kemunduran Islam menggunakan dua pisau analisis, yaitu signifikasi tanpa henti Umberto Eco dan struktur-superstruktur Karl Marx. Menjawab sisi tak terbaca itu, penulis mengajukan dua rumusan masalah. <em>Pertama, </em>apa tolok ukur kemunduran Islam? <em>Kedua, </em>bagaimana proses sosio-politik yang mengantarkan Islam pada kemundurannya? Berseberangan dengan persepsi dominan, artikel ini memunculkan dua kesimpulan bahwa kemunduran Islam sudah terjadi pada periode awal, tepatnya pada era sahabat, era yang selama ini ditahbiskan sebagai fase Islam ideal. Kemunduran itu bertopang pada distopia sejarah terhadap utopia Islam sebagai gerakan dakwah kultural berbasis iman. Itu terbaca dari dominasi motif <em>qabīlah </em>dan <em>ghanīmah </em>dalam keislaman periode awal. Dominasi dua motif ini menimbulkan tragedi-tragedi kelam Islam periode awal yang menghambat pembumian dimensi ideal dari Islam.</p> 2024-11-25T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1561 Strategi Membangun Toleransi Beragama Melalui Pendekatan Colorblind 2024-11-25T18:15:38+00:00 Galuh Dianita galuhdianita@iainponorogo.ac.id Leni Nurul Izzati leninurul.i@iainponorogo.ac.id Sugiyar Sugiyar sugiyar@iainponorogo.ac.id <p>Objek penelitian ini adalah toleransi beragama dari pelajaran positif dari <em>the colorblind</em>. Hal Ini penting diteliti karena dengan membangun toleransi di tengah pluralitas agama yang ada di Indonesia, pendidikan multikultural hadir sebagai salah satu pendekatan yang efektif dalam mengajarkan keragaman dan membangun sikap saling menghormati di kalangan siswa. Penelitian ini menggunakan <em>library research</em> dengan memanfaatkan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer yaitu buku <em>Multicultural Education Issues and Perspectives </em>karya James A. Banks dan Cherry A, sumber skunder yaitu artikel yang berkaitan dengan toleransi beragama dan pendidikan multikultural. Teknik untuk menggali sumber data adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan menggunakan <em>content analysis</em>. Hasil penelitian menemukan bahwa (1) pendekatan <em>colorblind</em> menekankan kesetaraan dan berusaha mengurangi bias dengan tidak menonjolkan perbedaan. Melalui kurikulum yang inklusif, pelatihan guru yang berkelanjutan, kebijakan sekolah yang mendukung, dan kegiatan ekstrakurikuler yang mempromosikan dialog antaragama, sekolah dapat menjadi tempat yang lebih adil dan inklusif; (2) mengkaji pelajaran positif dari pendidikan multikultural perspektif <em>colorblind, </em>dapat diketahui bahwa ada hal positif yang dapat diambil dalam pendidikan multikultural meliputi pengurangan prasangka dan diskriminasi, peningkatan pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman,, penguatan ikatan sosial, promosi perdamaian dan stabilitas sosial, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif; (3) pendekatan <em>colorblind</em> dalam pendidikan multikultural memiliki beberapa manfaat, termasuk yaitu penghapusan stereotip, meningkatkan kesetaraan, dan fokus pada nilai universal. Namun, terdapat juga tantangan dalam penerapan pendekatan ini yaitu pengabaian ketidakadilan yang timbul dari masalah ketidakadilan yang dihadapi oleh kelompok minoritas agama dan kurangnya pengakuan terhadap keunikan budaya.</p> 2024-11-25T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1562 Mengungkap Kesenjangan Prasarana Digital Kegiatan Pembelajaran Pada Pelajar Suku Kokoda di Papua 2024-11-25T18:32:43+00:00 Rosdiana Rosdiana rosdianalitbang03@gmail.com Muhammad Rusdi Rasyid rusdipasca@gmail.com Syahrul Syahrul syahrulhs@gmail.com Asnandar Abubakar Asnandar3.aja@gmail.com Maskur Maskur Maskuryusuf250570@gmail.com <p>Penggunaan perangkat teknologi pembelajaran secara daring telah menciptakan tantangan baru bagi anak-anak usia sekolah komunitas suku Kokoda Maibo Papua. Mereka selama ini tidak mengenal teknologi pembelajaran diharuskan memiliki dan menggunakan teknologi sebagai sarana pembelajaran. Tujuan studi ini adalah mengungkap terjadinya kesenjangan teknologi pendidikan di masa pandemi dan menemukan solusi atas masalah pendidikan berbasis penggunaan teknologi pembelajaran online bagi anak suku Kokoda Maibo Papua. Pengumpulan data secara kualitatif melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Data dianalisis secara interaktif terus menerus hingga data dianggap jenuh dari lapangan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran secara online telah mempersulit anak-anak suku Kokoda Maibo mengikuti pelajaran. Kesulitan mengikuti pelajaran diakibatkan faktor ketidakmampuan memiliki dan mengoperasikan perangkat teknologi serta tidak ada dana yang cukup untuk membeli pulsa internet. Faktor tersebut menjadi penghambat proses pembelajaran bagi anak-anak suku Kokoda Maibo yang memicu munculnya kesenjangan pendidikan. Solusi yang ditawarkan adalah pemerintah melakukan pemberdayaan dan menyiapkan perangkat teknologi pembelajaran pada siswa. Kebijakan pemberlakuan belajar online selain berdampak positif bagi masyarakat juga berdampak buruk pada kelompok masyarakat lainnya, masyarakat membutuhkan kebijakan pemerintah yang berdampak positif untuk semua lapisan masyarakat. Tulisan ini dapat berkontribusi pada penambahan literatur pada aspek kebijakan penggunaan perangkat teknologi pembelajaran online bagi kelompok masyarakat</p> 2024-11-25T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1563 KRITIK ORIENTALIS TENTANG HADIS: PERSPEKTIF ATAS OTENTISITAS DAN ASAL USULNYA 2024-11-25T18:45:58+00:00 Mauliana Maghfiroh maulianamaghfiroh7@gmail.com <p>Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an, hadis telah menjadi fokus kajian mendalam oleh para pemikir berbagai kalangan, termasuk kaum orientalis. Perbedaan perspektif antara keduanya muncul karena tradisi keilmuan, kepercayaan, dan sudut pandang yang berbeda. Artikel ini mengkaji hadis dari perspektif orientalis dengan pendekatan metodologi kualitatif. Penelitian ini menjelaskan beberapa aspek penting, termasuk definisi orientalisme, sejarah kajian hadis di kalangan orientalis, serta pandangan mereka mengenai sunnah dan hadis. Kajian ini juga mencakup aspek penulisan, pembukuan, dan pemalsuan hadis menurut pandangan orientalis, serta bagaimana orientalis menilai otentisitas hadis. Temuan utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa orientalis beranggapan bahwa hadis merupakan hasil kreasi kelompok Muslim generasi awal, bukan sebagai ucapan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW. Menurut pandangan mereka, hadis dianggap sebagai ucapan orang-orang biasa yang kemudian ditransmisikan dan dikaitkan dengan Nabi, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan terhadap keaslian dan otentisitasnya. Artikel ini memberikan wawasan mendalam mengenai pandangan orientalis terhadap hadis dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi persepsi mereka terhadap ajaran Islam.</p> 2024-11-25T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1567 Keindahan Dalam Rangkaian Bahasa Nabi (Tamsil Dalam Hadis Nabi) 2024-11-26T19:09:08+00:00 Muh Sabir Maidin muhammad.sabir@uin-alauddin.ac.id Akhmad Fadhillah Kartono akhmadfadhillah.kartono@umi.ac.id Dian Malinda ardian8515@gmail.com Arifuddin Ahmad arifuddin.ahmad@uin-alauddin.ac.id <p>Artikel ini respon tuduhan bahwa tamsil atau perumpamaan mengiring pada kesesatan dalam memahami ajaran agama dan tidak perlu digunakan dalam Islam. Penelitian ini mengkaji rangkaian Bahasa yang digunakan Rasulullah terutama dalam menggunakan perumpamaan. Hadis merupakan pedoman kehidupan bagi umat muslim setelah Al-Qur’an. Ketetapan-ketetapan yang disebutkan secara implisit dalam Al-Qur’an dijelaskan secara lebih terperinci dalam Hadis. Adapun tamsil atau perumpamaan adalah salah satu seni berbicara yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah <em>at-tasybīh</em> yang termasuk dalam <em>as- ṣūroh al-bayāniyah </em>yakni salah satu bagian utama dari paramasastra Arab atau <em>al-balāgah al-árobiyah</em>. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari buku, jurnal, dan artikel terkait dengan tema penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelaahan terhadap buku dan literatur terkait. Hasil penelitian menjelaskan bahwa tidak sedikit Rasulullah saw menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan dan memudahkan pemahaman kaum muslimin akan hal yang beliau sampaikan, bahkan dalam suatu hadis disebutkan beliau telah menggunakan lebih dari seribu perumpamaan. Diantara hadis-hadis yang menggunakan perumpamaan yakni hadis tentang keadaan kaum muslim, hadis tentang persaudaraan, hadis tentang ajaran Nabi Muhammad saw; tentang sholat, tentang zakat dan sedekah, tentang zikir bahkan tentang pertemanan. Diantara manfaat penggunaan perumpamaan untuk memberikan penjelasan secara komprehensif dan gamblang tentang sesuatu yang gamang dan kabur dengan pendekatan yang sesuatu yang berwujud atau hal yang lebih dekat sebagaimana penjelasan dengan sempitnya waktu seorang muslim dan penjelasan tentang kaum Yahudi, Nasrani dan kaum Muslim.</p> 2024-11-26T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1553 Petilasan Ki Ageng Kebokanigoro Sebagai Tempat Lelaku dan Olah Rasa bagi Masyarakat Desa Samiran, Boyolali 2024-11-30T03:16:31+00:00 Ahmad Ainul Anam ahmadainulanam@gmail.com <p>Petilasan Ki Ageng Kebokanigoro, yang terletak di antara lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, merupakan tempat yang dipercayai oleh masyarakat Jawa sebagai lokasi <em>lelaku</em> dan olah rasa yang dilakukan oleh Ki Ageng Kebokanigoro. Kisah dan kepercayaan terhadap Ki Ageng Kebokanigoro berkembang melalui forklor yang diwariskan secara lisan, memperkuat keyakinan masyarakat terhadap nilai-nilai spiritual dan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami forklor terkait Ki Ageng Kebokanigoro, memahami kepercayaan masyarakat setempat, serta mengeksplorasi fungsi petilasan tersebut dalam kehidupan masyarakat Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Menggunakan pendekatan kualitatif melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan kajian pustaka, penelitian ini menemukan bahwa Petilasan Ki Ageng Kebokanigoro tidak hanya menjadi simbol spiritual, tetapi juga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, di mana mereka melakukan berbagai praktik <em>lelaku</em>, seperti meditasi dan tirakat, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan serta memperkuat batin. Selain itu, petilasan ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya, memperkuat identitas komunitas, dan melestarikan tradisi leluhur. Kepercayaan masyarakat terhadap petilasan ini tercermin dalam berbagai kegiatan ritual dan tradisi yang terus dilestarikan, seperti tradisi apeman, sadranan, sedekah bumi, dan kirab. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pelestarian situs Petilasan Ki Ageng&nbsp;Kebokanigoro dan menjaga corak khas petilasan tersebut sesuai kegunaan yang bermanfaat secara lahir dan batin.</p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>forklor, petilasan, tradisi, ritual</p> 2024-11-26T19:19:29+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1551 Adaptasi Pembelajaran Kitab Kuning dalam Konteks Modernisasi Pada Pondok Pesantren Darul Falah Ternate 2024-11-30T03:16:31+00:00 Andy Andy andy@iain-ternate.ac.id Akramun Nisa andnisharisah@gmail.com Minggusta Juliadarma minggustajuliadarma@iain-ternate.ac.id <p>Penelitian ini membahas adaptasi Pondok Pesantren Darul Falah Ternate dalam menghadapi modernisasi pendidikan, khususnya terkait dengan pembelajaran Kitab Kuning. Pesantren dihadapkan pada tantangan mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam pembelajaran agama Islam, sambil merespons perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat modern. Penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana pesantren tersebut mengintegrasikan metode pembelajaran klasik seperti bandongan dan sorogan dengan penggunaan teknologi digital, termasuk live streaming, untuk memperluas jangkauan pendidikan mereka. Dengan menggunakan metode kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara terbuka, observasi peserta, dan analisis dokumen. Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pesantren untuk mengamati praktik pembelajaran dan bagaimana teknologi digunakan dalam proses pengajaran. Analisis data dilakukan melalui tahapan pengumpulan, kondensasi, penyajian, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil studi menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Darul Falah berhasil memadukan tradisi dan modernisasi dengan tetap menjaga nilai-nilai keilmuan Islam yang diajarkan melalui Kitab Kuning. Penggunaan live streaming dan platform media sosial telah memungkinkan pesantren untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan memberikan fleksibilitas dalam pembelajaran. Implikasi dari penelitian ini menegaskan pentingnya adaptasi pesantren terhadap perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya sebagai institusi pendidikan Islam. Hasilnya dapat menjadi rujukan bagi pesantren lain di Indonesia dalam merespons tantangan modernisasi dan teknologi.</p> 2024-11-26T19:30:02+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1548 KONSTRUKSI IDENTITAS ILMUWAN MUSLIM DI INDONESIA: ANTARA SAINS DAN AGAMA 2024-11-30T03:16:31+00:00 Muhammad Halomoan bdkmedanhalomoan@gmail.com MAILIN MAILIN mailin@uinsu.ac.id <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara ilmuwan muslim di Indonesia dalam membangun identitas diri mereka antara sains dan agama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian pustaka sebagai metode utamanya. Data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti jurnal ilmiah, dianalisis secara deskriptif untuk mengidentifikasi kontribusi ilmuwan muslim Indonesia dalam bidang sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ilmuwan muslim di Indonesia seringkali memiliki identitas ganda sebagai seorang muslim dan seorang ilmuwan. Identitas ilmuwan muslim tidak statis, tetapi terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan, dan pengalaman pribadi dan agama Islam menjadi landasan utama dalam membentuk identitas ilmuwan muslim. Oleh karena itu untuk membangun identitas diri para ilmuwan muslim di Indonesia maka dapat dilakukan elalui publikasi ilmiah, konferensi, dan seminar, ilmuwan Muslim dapat terus memperbarui pengetahuan mereka dan memastikan bahwa penelitian mereka memenuhi standar internasional. Dengan berpartisipasi dalam komunitas ilmiah global, ilmuwan Muslim dapat mendapatkan pengakuan atas prestasi mereka dan memperluas pengaruh penelitian mereka. Interaksi dengan ilmuwan dari berbagai budaya memungkinkan ilmuwan Muslim untuk memperkaya perspektif mereka dan memahami bagaimana ilmu pengetahuan dikembangkan dalam konteks yang berbeda.</p> 2024-11-26T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1483 Filosofi Cinta Dalam Perkawinan Beda Agama Sebagai Landasan Untuk Mencegah Disharmoni di Sillanan, Tana Toraja 2024-11-30T03:16:31+00:00 Frans Paillin Rumbi fransrumbi24@gmail.com Dewinda Parubak dewindaparubak0816@gmail.com Dian Labo Mengkala labomengkala21@gmail.com <p>Penelitian ini mengkaji cara keluarga yang menjalani perkawinan beda agama memaknai cinta di Lembang (Desa) Sillanan, Kabupaten Tana Toraja. Pasangan beda agama, sejak awal menyadari adanya perbedaan fundamental terkait dengan keyakinannya. Namun perbedaan tidak menghalangi mereka untuk membina rumah tangga yang harmonis. Penelitian ini menggunakan pendekatan model transendental dengan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara kepada keluarga yang berbeda agama. Berdasarkan hasil penelitian nampak bahwa mereka sangat menghargai perbedaan keyakinan. Mereka tidak memaksa pasangannya untuk mengkonversi agama. Dengan rasa cinta mereka bersikap inklusif atau toleran dan mau mendengarkan satu sama lain. Dapat dikatakan itu adalah dialog kehidupan.&nbsp; Filosofi cinta dari keluarga agama, diharapkan akan menjadi contoh membina kehidupan harmonis pada masyarakat yang multikultur.</p> <p><em>This research studies how families with different beliefs in Lembang (Village) Sillanan, Tana Toraja Regency interprets love. This research explains Since the beginning of their marriage, they were aware of fundamental differences regarding their beliefs, but this did not become an obstacle to creating a harmonious family life. This research uses a transcendental model approach from Stephen B. Bevans with a qualitative research type. We collected data through a literature study and interviews with families of different religions. Based on the research results, it appears that they appreciate their differences in belief. They do not want to force their partners to convert their religion. With love, they are inclusive or tolerant and listen to each other. It could be said that this is the dialogue of life. It is hoped that the philosophy of love interpreted in families of different religions can become an example of building harmonious relationships in a multicultural society.</em></p> 2024-11-26T20:25:31+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1515 Fenomena Childfree dalam Perspektif Hadis (Analisis Ma’anil Melalui Pendekatan Holistik) 2024-11-30T03:16:31+00:00 Idris Agus Wan Saputra idris.aguswan28@gmail.com Uswatun Hasanah uswatunhasanah_uin@radenfatah.ac.id Hedhri Nadhiran hedhrinadhiran_uin@radenfatah.ac.id <p dir="ltr">Islam menganjurkan pasangan suami istri untuk memiliki anak, hal ini tertuang dalam hadis nabi SAW riwayat Abu Daud no. 2050, namun dewasa ini pasangan suami istri banyak yang memilih untuk tidak memiliki anak, atau bisa disebut childfree. Banyak faktor yang melatarbelakangi pasangan memilih untuk childfree seperti, keadaan ekonomi, mental yang tidak siap, atau bahkan sebagai alat untuk mengatasi kepadatan penduduk. Ada banyak dampak sosial yang signifikan dari Kepadatan penduduk yang tinggi yaitu sulitnya mencari lapangan pekerjaan, tempat tinggal yang kurang layak, dan berbagai masalah lainnya yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Penelitian sebelumnya telah mengkaji hadis memperbanyak keturunan dengan pendekatan ijmali, dan dalam hal ini penulis mengkaji fenomena childfree dengan pendekatan holistik, yaitu kajian mendalam dari aspek tekstual dan kontekstual hadis tersebut menggunakan teori hermeneutika Hasan Hanafi. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dan mengumpulkan data melalui analisis dari sumber data primer dan sekunder mengenai fenomena ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hadis riwayat Abu Daud nomor 2050 mempunyai kualitas hasan li ghairihi. Dalam pemahaman kontekstual dapat dipahami bahwa pada saat hadis disabdakan umat muslim masih sedikit, oleh karena itu nabi SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan. Saat ini populasi umat manusia mencapai lebih dari 8 miliar dan seperempatnya adalah muslim. Dengan banyaknya populasi saat ini menimbulkan dampak buruk seperti kelangkaan sumber daya alam, meningkatkan potensi konflik, meningkatnya kemiskinan dan pengangguran, dan lain sebagainya. Saat ini childfree dapat digunakan sebagai media untuk mengurangi dampak dari kepadatan pendudukan, namun hal ini tidak dapat diaplikasikan sepenuhnya, karena memiliki anak adalah sunatullah.</p> <p dir="ltr">&nbsp;</p> <p dir="ltr">Abstract<br> Generally, married couples have the desire to have children, so they do various things to be able to have children.&nbsp; Different from people in general, some people choose not to have children, this phenomenon is called childfree.&nbsp; There are several reasons why couples choose not to have children, and the majority of them think that having children could be an economic and financial burden on the family.&nbsp; The Prophet SAW encouraged his people to increase their offspring, as the Prophet SAW said in the hadith narrated by Abu Daud No.&nbsp; 2050. Previous research has studied hadiths using an ijmali approach, and in this case, the author examines the childfree phenomenon with a holistic approach, namely an in-depth study of the textual and contextual aspects of these hadiths using Hasan Hanafi's hermeneutical theory.&nbsp; The author uses a literature study research method and collects data through analysis from primary and secondary data sources regarding this phenomenon.&nbsp; This research shows the results that the hadith recommending increasing offspring narrated by Abu Daud number 2050 has the quality of hasan li ghairihi.&nbsp; From eidetic criticism, there is an analysis of the past context when the hadith was said.&nbsp; The Prophet SAW's recommendation to increase offspring was because the Muslim population at that time was still small so if it was not spread and developed it would be threatened with extinction.&nbsp; Then practical criticism found that with the current large world population, there are negative impacts that occur such as scarcity of natural resources, increasing the potential for conflict, increasing poverty and unemployment, and so on.&nbsp; In this way, childfree today can be used as a medium to reduce the impact of overcrowding.</p> 2024-11-26T20:36:12+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1554 Penerimaan dan Perkembangan Islam di Kerajaan Suppa Abad ke-17 2024-11-30T03:16:32+00:00 Ahmad Yani ahmadyani01@iainpare.ac.id Ahmad Zulfikar fikarfikar79@gmail.com Susi Mako susimalakalu@gmail.com Mirnanini Mirnanini mirnaini@iainpare.ac.id <p>Penelitian ini menganalisis proses penerimaan Islam dan perubahan sosial-budaya di Kerajaan Suppa pada abad ke-17. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang terdiri atas empat tahapan: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa penerimaan Islam di Suppa tidak terlepas dari peranan para pedagang dan ulama dari wilayah Nusantara yang telah lebih dahulu menerima Islam. Salah satu tokoh kunci dalam proses ini adalah Datuk Ribandang dari Minangkabau, yang mengislamkan Raja Suppa, We Passulle Daeng Bulaeng. Tiga faktor utama yang melatarbelakangi proses islamisasi di kerajaan Suppa adalah kontak pelayaran masyarakat Suppa dengan daerah lain yang telah memeluk Islam, migrasi orang-orang Melayu akibat serangan Portugis ke Malaka pada tahun 1511 M, dan kehadiran pedagang-pedagang Arab di daerah setempat. Setelah Raja Suppa memeluk Islam, beliau mengajak seluruh keluarga dan masyarakatnya untuk mengikuti jejaknya. Proses islamisasi ini juga membawa perubahan signifikan dalam struktur pemerintahan dan sosial budaya masyarakat Suppa. Dibentuknya lembaga Parewa Syara’ yang dikepalai oleh seorang <em>Qadhi</em> menandai integrasi syariat Islam ke dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial budaya lokal. Penelitian ini menegaskan pentingnya peran raja dalam proses islamisasi di Suppa, serta bagaimana nilai-nilai Islam yang baru memperkaya dan berintegrasi dengan kebudayaan lokal. Dengan demikian, artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika sosial dan budaya dalam penerimaan Islam di Kerajaan Suppa pada abad ke-17.</p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> 2024-11-30T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1502 Tradisi Grebek Suroan dan Pengaruhnya Terhadap Keberagamaan Masyarakat di Wonosobo 2024-11-30T03:16:32+00:00 mursalat mursalat mursalat070@gmail.com Siswoyo Aris M siswoyoaris31@gmail.com <p>Grebeg Suran adalah tradisi tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Sura dalam kalender Jawa di Wonosobo, Jawa Tengah. Tradisi ini merupakan perayaan budaya yang menggabungkan elemen spiritual, sosial, dan keagamaan, serta berfungsi sebagai sarana perekat antar umat beragama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejarah, pelaksanaan, dan dampak sosial dari Grebeg Suran terhadap masyarakat Wonosobo. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, Metode ini melibatkan proses penelitian dan pemahaman yang didasarkan pada pendekatan yang meneliti masalah dan fenomena sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Grebeg Suran memiliki akar sejarah yang dalam dan telah berkembang menjadi tradisi inklusif yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan toleransi. Selain itu, tradisi ini juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal melalui peningkatan sektor pariwisata. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Grebeg Suran adalah simbol identitas budaya Wonosobo yang penting untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam konteks modernisasi dan globalisasi.</p> <p>&nbsp;</p> <p><em>Grebeg Suran is an annual tradition carried out every Sura month in the Javanese calendar in Wonosobo, Central Java. This tradition is a cultural celebration that combines spiritual, social and religious elements, and functions as a means of bonding between religious communities. This research aims to examine the history, implementation and social impact of Grebeg Suran on the Wonosobo community. The research method used is qualitative. This method involves a research and understanding process based on an approach that examines social problems and phenomena. The research results show that Grebeg Suran has deep historical roots and has developed into an inclusive tradition that reflects the values ​​of togetherness and tolerance. Apart from that, this tradition also has a positive impact on the local economy through increasing the tourism sector. This research concludes that Grebeg Suran is a symbol of Wonosobo's cultural identity which is important to preserve and develop in the context of modernization and globalization.</em></p> <p><em>&nbsp;</em></p> 2024-11-30T02:50:54+00:00 ##submission.copyrightStatement## https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1569 Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Tradisi Lokal Ngagurah Dano 2024-11-30T03:15:30+00:00 Kiki Maulana 211210099.kiki@uinbanten.ac.id Ina Salmah Febriani ina.salmahfebriani@uinbanten.ac.id Teguh Fachmi teguh.fachmi@uinbanten.ac.id <p>Tradisi <em>ngagurah dano</em> menjadi salah satu dari bentuk keanekaragaman budaya lokal di Desa Cikolelet, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini ialah bagaimana gambaran tradisi lokal <em>ngagurah dano </em>dalam lingkaran masyarakat multikultural, serta bagaimana aktualisasi tradisi lokal <em>ngagurah dano </em>menjadi bagian penting dalam membangun moderasi beragama dikalangan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif atas fenomenologi, melalui pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang mendalam terhadap sejumlah informan kunci observasi, dan studi literatur, hasil penelitian ini menemukan bahwa, tradisi <em>ngagurah dano </em>mengandung nilai-nilai dan indikator moderasi beragama. Nilai-nilai moderasi beragama ini mengacu kepada prinsip dan indikator yang diusung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Adapun indikator-indikator moderasi beragama yang terkandung dalam tradisi <em>ngagurah dano </em>di antaranya adalah komitmen kebangsaan, terlihat pada antusiasme masyarakat dalam memeriahkan tradisi ini. Selanjutnya adalah indikator toleransi, indikator ini terlihat pada berbaurnya masyarakat pada proses penangkapan ikan di sungai, terjalinnya komunikasi dan keterbukaan antara satu dengan yang lain dapat menumbuhkan pemahaman dan sikap memaklumi terhadap perbedaan. Kemudian juga terdapat indikator anti kekerasan, indikator ini terdapat pada satu momen utama yakni <em>bancakan </em>(makan bersama), dimana semua masyarakat akan bergotong royong dalam memasak dan saling berbagi makanan yang telah dimasaknya. Dengan demikian, indikator-indikator ini menjadi sebuah peluang emas yang bisa pemerintah setempat manfaatkan dalam membangun moderasi beragama di Kabupaten Serang melalui pelestarian tradisi <em>ngagurah dano</em>. Sehingga keharmonisan dalam masyarakat yang multikultural&nbsp; tercipta dengan baik.</p> 2024-11-30T00:00:00+00:00 ##submission.copyrightStatement##