PUSAKA https://blamakassar.e-journal.id/pusaka <p>“Pusaka” Jurnal Khazanah Keagamaan terbit dua kali dalam setahun pada bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima tulisan mengenai Khazanah Keagamaan, meliputi: naskah klasik, naskah kontemporer, sejarah sosial keagamaan, arkeologi religi, tradisi dan budaya keagamaan, baik berupa artikel hasil penelitian, kajian non penelitian, dan tinjauan buku.</p> Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar en-US PUSAKA 2337-5957 Keraton Ngayogyakarta Sebagai Representasi Islam-Jawa dan Akulturasi Budaya di Yogyakarta https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1600 <p>Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan simbol akulturasi budaya yang mencerminkan perpaduan harmonis antara Islam dan tradisi Jawa.<br>Sebagai pusat spiritual, sosial, dan budaya, keraton ini menjadi representasi nyata dari Islam-Jawa atau Kejawen, sebuah konsep sinkretisme yang berkembang melalui interaksi antara ajaran Islam dan budaya lokal yang telah mengakar sejak lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisis bagaimana nilai-nilai Islam direpresentasikan dalam tradisi dan budaya Jawa di Kerato Ngayogyakarta, serta bagaimana akulturasi ini tetap lestari di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Penelitian mengenai Keraton Ngayogyakarta sebagai representasi Islam-Jawa (Kejawen) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Metode ini dipilih untuk memberikan gambaran yang mendalam dan komprehensif tentang nilainilai budaya, tradisi, dan praktik keagamaan yang ada di keraton. Berikut adalah langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian ini: Observasi Non-partisipan: Peneliti akan mengamati langsung berbagai aktivitas dan ritual yang berlangsung di Keraton Yogyakarta, seperti upacara Sekaten dan Garebeg, untuk memahami bagaimana nilai-nilai Islam dan tradisi Jawa saling berinteraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dalam keraton tercermin dalam berbagai aspek, seperti Pelestarian Sastra Islam (Serat) dan serta kesusastraan. Upacara adat seperti Sekaten dan Grebeg Mulud menjadi contoh nyata bagaimana Islam-Jawa dipraktikkan dan diwariskan secara turun-temurun. Secara langsung, hal tersebut menjadi salah satu benteng dari arus globalisasi dan modernisasi yang sudah banyak mengaburkan ciri khas dari Yogyakarta.</p> Farida Nur Afifah ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 1 25 10.31969/pusaka.v13i1.1600 Transformasi Tradisi Nyadran dalam Pendidikan Karakter: Kajian Humanis-Religius di Yogyakarta https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1601 <p>Tradisi Nyadran merupakan kearifan lokal yang memiliki potensi signifikan dalam pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan mengkaji transformasi tradisi Nyadran dalam pendidikan karakter berbasis humanisreligius di Dusun Mutihan, Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi, melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Informan terdiri dari warga setempat, tokoh masyarakat, serta ustadz atau pemimpin tradisi Nyadran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik Nyadran mengalami pergeseran dari sekadar ritual ziarah menjadi sarana pembelajaran nilai-nilai seperti syukur kepada leluhur, gotong royong, dan refleksi spiritual keislaman. Nilai-nilai ini berpotensi diintegrasikan dalam pendidikan formal maupun nonformal. Namun, tantangan seperti menurunnya minat generasi muda dan pengaruh modernisasi menjadi hambatan dalam pelestariannya. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa integrasi tradisi Nyadran dalam pendidikan karakter dapat menjadi strategi inovatif yang menggabungkan pelestarian budaya lokal dengan pembentukan karakter peserta didik. Temuan ini berkontribusi pada pengembangan model pendidikan berbasis budaya serta memberikan rekomendasi kebijakan dalam pendidikan karakter di Indonesia.</p> Mohammad Jailani ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2025-06-22 2025-06-22 13 1 26 43 10.31969/pusaka.v13i1.1601 Dekonstruksi Khilafah dan Teokrasi Islam : Telaah Kritis Pemikiran Ali Abdul Raziq dalam Konteks Politik Islam Modern https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1605 <p>Perdebatan mengenai konsep khilafah dalam Islam telah berlangsung selama berabad-abad dan terus menjadi topik yang menarik perhatian, khususnya ketika dikaitkan dengan persoalan bentuk pemerintahan yang dianggap sesuai atau ideal menurut prinsip-prinsip ajaran Islam. Khilafah sering dipahami sebagai institusi politik yang menggantikan peran kepemimpinan Nabi Muhammad setelah wafatnya, dan telah menjadi<br>model pemerintahan yang dijadikan rujukan oleh sebagian besar ulama klasik maupun kelompok Islam politik kontemporer. Salah satu pemikir<br>yang mengkritik konsep khilafah sebagai sistem teokrasi adalah Ali Abd. Raziq. Dalam karyanya Al-Islam wa Usul Al-Hukm, ia berpendapat bahwa<br>Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu dan bahwa khilafah bukanlah institusi yang memiliki legitimasi teologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kritik Ali Abd. Raziq terhadap teokrasi Islam serta bagaimana reinterpretasi konsep khilafah dalam pandangannya berdampak pada pemikiran politik Islam modern. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian kepustakaan dengan pendekatan historis dan filosofis terhadap karya-karya Ali Abd. Raziq serta pemikiran para ulama yang mengkritisinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ali Abd. Raziq menegaskan bahwa kekuasaan politik dalam Islam bersifat duniawi dan harus dikelola berdasarkan prinsip rasionalitas dan pengalaman historis, bukan atas dasar doktrin keagamaan yang bersifat absolut. Gagasannya membuka ruang bagi pembentukan negara yang berlandaskan hukum positif dan nilai-nilai demokrasi tanpa harus bergantung pada sistem khilafah. Temuan ini memberikan kontribusi dalam wacana reformasi politik Islam serta relevansinya dalam menghadapi tantangan pemerintahan modern di dunia Muslim.</p> Ibnu Azka Rafika Rafika Muhammad Yasid ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 44 65 10.31969/pusaka.v13i1.1605 Melacak Praktik Moderasi Beragama pada Pondok Pesantren Syekh Hasan Yamani dan Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad Baruga di Sulawesi Barat https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1606 <p>Sebagai lembaga pendidikan ke-Islaman tertua di Indonesia, pesantren memainkan peran penting dalam menyebarkan agama Islam yang damai<br>dan toleran di seantero Nusantara. Dengan mengintegrasikan pengajaran ilmu agama dan kehidupan sosial kemasyarakatan dalam kemandirian<br>sistem kurikulumnya, kiai beserta dewan guru bersama-sama membentuk pemahaman keagamaan santri yang inklusif dan mendalam. Selain itu,<br>pondok pesantren juga dianggap sebagai pusat pendidikan yang berbasis nilai lokal, dimana pengajaran kitab kuning, tafsir Al-Qur’an, fikih,<br>tasawuf dan ilmu dasar lainnya telah mengakar pada tradisi lokal, sehingga mudah diterima oleh masyarakat dan menjadi simbol harmonisasi dan<br>toleransi. Hal inilah yang menjadikan pondok pesantren tetap eksis, tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi Pondok Pesantren di Sulawesi Barat dalam meneguhkan moderasi beragama melalui kurikulum pendidikan agamadan figur kiainya di masyarakat, studi kasus pada Pondok Pesantren Syekh Hasan Yamani dan Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Baruga. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif-kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian ini menemukan bahwakedua pondok pesantren tersebut memainkan peran strategis dalam membangun nilai-nilai moderasi melalui kurikulum pendidikan yang komprehensif dan pengasuhan berbasis nilai keislaman, serta pembentukan karakter santri melalui pendekatan integral. Figur kiai menjadi sentral dalam menjaga nilai-nilai tradisi Islam moderat, sementara kemandirian lembaga pesantren diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya ekonomi berbasis komunitas.</p> Muhammad Nur Murdan Syarifuddin Syarifuddin Husnah Z ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 66 87 10.31969/pusaka.v13i1.1606 Merebut Makna Kepahlawanan: Kekerasan Perempuan dalam Kisah Samba Paria dan Yael (Hakim-hakim 4:1-24) Melalui Pembacaan Lintas Teks https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1607 <p>Tujuan artikel ini adalah untuk membuktikan kepahlawanan perempuan pelaku kekerasan. Budaya patriarki mengonstruksikan karakter feminim yang pasif, bekerja pada ranah domestik, penurut, inferior, bahkan objek seksual laki-laki. Ketika perempuan menjadi superior, aktif, atau melakukan kekerasan, mereka mendapat label “kejam” bahkan “monster”. Merespons pandangan ini, penulis mengkaji kisah Samba Paria (cerita rakyat dari Sulawesi Barat) dan kisah Yael di Hakim-hakim 4:1-24. Masing-masing cerita ini mengisahkan tokoh perempuan sebagai pelaku kekerasan bahkan<br>pembunuhan, tetapi tindakan tersebut merupakan sebuah tindakan heroik. Penulis menganalisis kedua kisah ini dengan pendekatan cross-textual reading. Analisis terhadap cerita menunjukkan persamaan yang signifikan dari kisah Samba Paria dan kisah Yael dalam mengisahkan kepahlawanan perempuan. Analisis terhadap perbedaan yang memperkaya menunjukkan bahwa motif Samba Paria dan Yael melakukan kekerasan adalah untuk melawan kesewenangan sekaligus membebaskan perempuan dari diskriminasi dan ekploitasi. Konteks dan implikasi tindakan Samba Paria maupun Yael membuktikan bahwa mereka adalah pahlawan yang seharusnya setara dengan pahlawan laki-laki dalam kisah kepahlawanan.</p> Jefri Andri Saputra ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 88 108 10.31969/pusaka.v13i1.1607 Kearifan Lokal Sebagai Strategi Pelatihan Moderasi Beragama Pada Kementerian Agama Provinsi Maluku Dan Maluku Utara https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1608 <p>Abstrak Kearifan lokal berperan sebagai strategi efektif dalam pelatihan moderasi beragama karena mampu menjembatani nilai-nilai universal toleransi dengan konteks budaya setempat yang sudah mengakar dalam masyarakat, sehingga pembelajaran moderasi beragama menjadi lebih relevan, mudah diterima, dan berkelanjutan. Tujuan dari article ini adalah, untuk mengetahui penerapan Kearifan Lokal sebagai Strategi pelatihan moderasi beragama pada Kementerian Agama Propinsi Maluku dan Maluku Utara. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, Sedangkan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Obyek pada penelitian ini adalah para peserta Pelatihan Moderasi Beragama, data primer, data asli yang dimiliki oleh peneliti sesuai dengan Tugas Pokok yang dilaksanakan oleh Peneliti, data sekunder, peneliti mengumpulkan data dari sumber yang sudah ada, seperti dokumen, laporan, publikasi, atau database yang telah dimiliki oleh peneliti, Peneliti juga pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara terhadap pegawai, data yang dilakukan oleh penelti yaitu, proses pengolahan data yang telah dikumpulkan selama penelitian untuk mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Strategi pelatihan moderasi beragama yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Kegamaan Ambon di Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama di Provinsi Maluku dan Maluku Utara telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mempromosikan kerukunan antar agama dan kohesi masyarakat. Kemah Pemuda Lintas Agama, misalnya, telah menyediakan platform bagi pemuda dari berbagai latar belakang agama dan etnis untuk berkumpul, berbagi pengalaman, dan mengembangkan perspektif bersama tentang keragaman Indonesia. Inisiatif ini selaras dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, atau “persatuan dalam keberagaman”, yang merupakan moto nasional resmi Indonesia, yang menggaris bawahi pentingnya instrumen pemersatu untuk mengatasi sifat majemuk masyarakat Indonesia.</p> Abdul Kahar ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 109 128 10.31969/pusaka.v13i1.1608 Dampak Revitalisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan terhadap Pengembangan Program Studi Hukum Keluarga Islam UIN Alauddin Makassar https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1609 <p>Salah satu fokus program Kementerian Agama dalam memperkuat moderasi beragama dan meningkatkan pelayanan keagamaan di tingkat kecamatan yaitu Revitalisasi Kantor Urusan Agama (KUA). Program ini mengubah peran KUA menjadi pusat penguatan moderasi beragama yang<br>memiliki dampak signifikan pada perkembangan studi Hukum Keluarga Islam (HKI). Penelitian ini menguraikan tujuan dan strategi pelaksanaan revitalisasi KUA yang berhubungan dengan pengembangan dan prospek dalam mendukung mewujudkan visi revitalisasi KUA sebagai pusat<br>layanan keagamaan yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan studi literatur dan wawancara dengan para KUA Kecamatan di Sulawesi Selatan untuk memetakan hambatan dihadapi dan hasil yang telah dicapai dalam merevitalisasi KUA dicanangkan. Hasil penelitian ini menunjukkan revitalisasi KUA yang telah digulirkan dari tahun 2021 menunjukkan beberapa perubahan dari segi kualitas layanan, sumber daya manusia, dan infrastrukturnya, meskipun belum maksimal. pada SDM dapat dibentuk dengan matang jika disiapkan sejak dari mahasiswa sebelum masuk dalam dunia kerja berkaitan langsung dengan pengembangan program studi khususnya Hukum Keluarga Islam dalam membentuk agen of change dengan merumuskan kembali kurikulum, melakukan penelitian, pengabdian masyarakat tentang perkawinan, perceraian, waris, hak-hak keluarga, agama, hukum positif, konteks sosial dan isu-isu sosial terkait. Hal ini menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar global.</p> Musyfikah Ilyas Fadli Andi Natsif Ferdiansyah Ferdiansyah Reza Ardiansyah ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 129 149 10.31969/pusaka.v13i1.1609 Pemuda Gereja dan Moderasi Beragama: Dari Toleransi ke Partisipasi Aktif https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1610 <p>Moderasi beragama merupakan strategi yang diinisiasi pemerintah untuk memperkuat harmoni sosial di tengah keberagaman agama di Indonesia. Namun, implementasi program ini sering kali lebih berorientasi top-down dan belum sepenuhnya menyentuh akar rumput, khususnya di kalangan pemuda. Oleh karena itu, tulisan ini menekankan pentingnya pemberdayaan pemuda gereja sebagai subjek aktif dalam moderasi beragama. Dengan pendekatan interkultural dan pro-eksistensi, pemuda gereja tidak hanya diajak untuk mengenal keberagaman, tetapi juga terlibat secara langsung dalam aksi sosial, dialog lintas iman, dan literasi digital yang berorientasi pada perdamaian. Pendekatan interkultural mendorong pemuda gereja untuk memahami dan berinteraksi dengan komunitas agama lain secara lebih mendalam, mengurangi prasangka, serta membangun hubungan berbasis kesetaraan. Sementara itu, perspektif pro-eksistensi menekankan bahwa agama tidak hanya berfungsi bagi dirinya sendiri, tetapi juga hadir untuk mendukung kehidupan bersama. Hasil kajian dari tulisan ini ialah diwujudkan melalui transformasi pengajaran gereja berbasis interkultural, program live-in, proyek pemberdayaan ekonomi lintas iman, konservasi lingkungan bersama, serta pemanfaatan teknologi digital untuk membangun ruang diskusi dan narasi perdamaian. Dengan strategi yang lebih partisipatif dan kontekstual, pemuda gereja dapat menjadi agen perubahan yang berkontribusi dalam membangun moderasi beragama yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Tulisan ini menegaskan bahwa moderasi beragama bukan hanya kebijakan formal, tetapi harus menjadi ruang perjumpaan yang menumbuhkan kesadaran bersama dan membangun solidaritas sosial yang lebih inklusif.</p> Eikel K. Ginting ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 150 169 10.31969/pusaka.v13i1.1610 Pengalaman Kerja Widyaiswara berpengaruh terhadap Transfer of Traning di Balai Diklat Keagamaan Makassar https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1611 <p>Pengalaman kerja Widyaiswara berpengaruh terhadap transfer of training merupakan kondisi di mana tingkat pengalaman, keahlian, dan jam terbang seorang instruktur dalam melaksanakan kegiatan pelatihan akan menentukan seberapa efektif peserta dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ke dalam praktik kerja sehari-hari. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui Pengalaman Kerja Widyaiswara berpengaruh terhadap Transfer of Traning di Balai Diklat Keagamaan Makassar. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian kunatitatif. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian secara objektif, dengan mengukur variabelvariabel yang dapat diukur dan dianalisis secara matematis atau statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pengalaman kerja widyaiswara memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan transfer of training dengan kontribusi sebesar 68% (R² = 0.68, p&lt;0.001). Dari kelima indikator yang diukur, aktivitas berbagi pengalaman kerja dengan rekan untuk menyelesaikan masalah (β = 0.48) dan pengaruh pengalaman kerja terhadap kemampuan menerapkan hasil pelatihan (β = 0.32) muncul sebagai faktor yang paling determinan, sedangkan indikator mengatasi tantangan berkat pengalaman sebelumnya menunjukkan kontribusi yang relatif lebih rendah (β = 0.11) namun tetap signifikan. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya tidak hanya mengakumulasi pengalaman kerja, tetapi juga membudayakan aktivitas berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara widyaiswara, serta menguatkan keterkaitan antara pengalaman praktis dengan konten pelatihan yang disampaikan. Implikasi dari penelitian ini mengarah pada kebutuhan penguatan mekanisme kolaborasi dan knowledge sharing di kalangan widyaiswara serta rekrutmen dan pembinaan widyaiswara yang mempertimbangkan aspek relevansi dan kedalaman pengalaman kerja sebagai faktor penting dalam meningkatkan efektivitas transfer of training di lingkungan Balai Diklat Keagamaan Makassar.</p> Amirullah S Wahyu Wahyu Sri Adianti Muin Juairia Pelu ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 170 186 10.31969/pusaka.v13i1.1611 Analisis Budaya Organisasi Dalam Pelaksanaan Pelatihan Berbasis-Aplikasi Simdiklat Di Balai Diklat Keagamaan Makassar https://blamakassar.e-journal.id/pusaka/article/view/1612 <p>Tujuan dari artikel ini, untuk Analisis Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Aplikasi Simdiklat di Balai Diklat Keagamaan Makassar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pelatihan berbasis SIMDIKLAT di Balai Diklat Keagamaan Makassar menunjukkan bahwa implementasi sistem informasi manajemen pendidikan dan pelatihan telah membawa transformasi signifikan dalam penyelenggaraan program pengembangan kompetensi aparatur. Pelatihan ini tidak hanya berhasil meningkatkan efisiensi administratif dan pengelolaan data peserta, tetapi juga memperkuat kualitas pembelajaran melalui integrasi teknologi yang memungkinkan aksesibilitas materi dan pemantauan kemajuan secara real-time. Dengan adanya SIMDIKLAT, Balai Diklat Keagamaan Makassar telah membuktikan komitmennya dalam menghadapi era digitalisasi pendidikan, sekaligus memberikan inspirasi bagi lembaga pelatihan lainnya untuk mengadopsi pendekatan berbasis teknologi serupa dalam upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Agama, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada kualitas pelayanan publik dan pencapaian visi pembangunan nasional.</p> Ahmad Ihsan Raya Sri Adianti Muin St Rukaiyah Rosmiati Rosmiati ##submission.copyrightStatement## 2025-06-22 2025-06-22 13 1 187 205 10.31969/pusaka.v13i1.1612