KEBANGSAAN DALAM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN

  • Bisri Effendy Budayawan NU
Keywords: kebangsaan, nation-state, kebudayaan, domoniasi, hegemoni, givenisasi

Abstract

Nasionalisme selama ini diperbincangkan dalam konteks led state nation, artinya perbincangan
nasionalisme selalu dipandu oleh negara. Dalam kondisi demikian, perbincangan nasionalisme
hampir pasti lebih mengutamakan kepentingan politik negara dan tidak menimbang keragaman
kebudayaan yang berserakan di seluruh Indonesia. Hampir tidak ada ruang artikulasi bagi berbagai
identitas dan kebudayaan yang berserakan di seluruh Indonesia. Tulisan ini mencoba menawarkan
cara membaca nasionalisme dari perspektif kebudayaan. Dengan perspektif kebudayaan, diharapkan
nasionalisme bisa lebih dekat, lebih akrab, dan lebih empati dengan komunitas dan kebudayan lokal
yang berserakan di berbagai daerah di Indonesia. Tentu saja, membaca nasionalisme dengan
perspketif kebudayaan, tidak berarti abai terhadap pendekatan politis. Tetapi, politis dalam hal ini,
dimaknai sebagai hubungan atau komunikasi intersubyektif yang terjadi dalam kehidupan bersama
yang terbentuk dalam pluralitas di antara anggota komunitas.

References

Abdullah, Taufik, 1987, Islam dan
Masyarakat, Pantulan Sejarah
Indonesia, Jakarta: LP3ES.
Abdullah, Taufik, 1990, Sejarah Lokal di
Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada
Bisri Effendy
University Press.
Achadiat, K. Mihardja, 1998, Polemik
Kebudayaa, Jakarta: Balai Pustaka.
Anderson, Benedict, 1999, Komunitaskomunitas
Imajiner Nasionalisme,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist.
Beatty, Andrew, 2001, Variasi Agana Jawa,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dhakidae, Daniel, 2003, Cendekiawan dan
Kekuasaan dalam Negara Orde Baru,
Jakarta: PT. Gramedia.
Fromm, Erich, 1999, “The Sane Society”,
dikutip dari Candra Kebudayaan, Kata
Pengantar buku Komunitas Imajiner.
Hefner, R.W., 1987, “The Politics of Popular
Art: Tayuban Dance and Culture Change
in East Java”, dalam Indonesia, No. 43
(April), 1987.
Kahin, George McTurman, 1952,
Nasionalism and Revolution in Indoesia,
Ithaca: Cornell University Press.
Lindsay, Jennifer, 1995 “Cultural Policy and
the Performing Arts in Southeast Asia”,
dalam Bijdragen, 151.
Nugroho, Ito Prajna, 2002, “Dilema Negara-
Bangsa dalam Perspektif Hannah
Arendt” dalam Hannah Arendt dan
Tindakan Politis, Yogyakarta: Jendela.
Reid, Anthony J.S., 1974, The Indonesian
National Revolution 1945-1950,
Hawthorn Victoria: Logman.
Sedyawati, Edi, 1981, Pertumbuhan Seni
Pertunjukan, Jakarta: Sinar Harapan.
Sedyawati, Edi, 1984, “Gambyong Menurut
Serat Cabolang dan Serat Centhini”,
dalam Edi Sedyawati (ed.), Tari¸
Jakarta: Pustaka Jaya.
Soekarno, Indonesia Manggugat, 1960,
Jakarta: Departemen Penerangan RI.
Toda, Dami, N., 1984, Hamba-hamba
Kebudayaan, Jakarta: Sinar Harapan.
Widodo, Amrih, 1995, “The Stages of the
State: Arts of the People and Rites of
Hegemonization”, dalam Rima, Vol. 29,
No. 1&2, 1995.
Yampolsky, Philip. 1995. “Forces for
Change in the Regional Performing Arts
of Indonesia”, dalam Baijdragen, 151.
Published
2020-01-13