GURUKU ORANG-ORANG DARI GAWAI: WAJAH ISLAM GEN Z YANG BELAJAR AGAMA MELALUI MEDIA ONLINE

  • Syamsurijal Syamsurijal Balai Litbang Agama Makassar
Keywords: Generasi Z, internet, media online, pemahaman keagamaan

Abstract

Jika dulu orang menjadikan pesantren sebagai pusat untuk belajar Islam, maka kini telah
bergeser menjadi belajar agama melalui internet (gawai atau ponsel). Otoritas keagamaan
klasik menjadi runtuh. Lalu, siapa yang belajar dari internet tersebut? Mereka disebut sebagai
generasi media baru. Di antara mereka, Generasi Z yang sangat intens dengan internetlah yang
paling dominan menggunakan dunia maya ini sebagai basis pembelajaran agamanya. Banyak
yang khawatir dengan kecenderungan ini, sebab internet dianggap hanya menyampaikan
informasi keagamaan secara banal. Dikhawatirkan, dari generasi yang belajar melalui internet
ini akan melahirkan generasi muda radikal. Tulisan ini mencoba melihat bagaimana dampak
dari Genererasi Z yang belajar agama melalui media online tersebut. Setelah melakukan
penelusuran pada siswa madrasah aliyah sebagai representasi dari Generasi Z, ternyata
ditemukan wajah Islam yang tidak tunggal dari mereka. Di antara mereka setelah belajar agama
dari dunia online, ada yang jadi moderat, masih “abu-abu”, tetapi juga tidak sedikit yang
berpaham radikal. Hanya saja, tulisan ini menekankan, meskipun wajah keislamannya tidak
tunggal, tetapi mereka yang menjadi radikal tersebut patut diwaspadai. Mereka lebih militan di
media sosial (dunia maya) dan dunia nyata. Beberapa di antaranya, bahkan membuktikan
pemahaman keagamaannya itu dengan terlibat langsung dalam gerakan-gerakan radikalisme
agama.

References

Alimi, Moh Yasir. 2018, Mediatisasi
Agama Post Truth dan Ketahanan
Nasional. Yogyakarta: LkiS

Ashour, O. 2010. Online DeRadicalization?

Countering Violent
Extremist Narratives: Message,
Mesengger and Media Strategy. In
Perspectives on Terrorism. Vol.4,
No.1, h.15-19

Avis, W.R. 2016. The role of online.Social
Media in countering violent
extremism in East Africa Question
What is the role for online.social
media for countering violent
extremism in east Africa? In GSDRC
Working Paper.
https://doi.org/10.02.2020

Beyers, J. 2005. Religion as Political
Instrument: The Case of Japan and
South Africa. Journal for the Study og
Religion. 28.1, h. 142-164.

Davis, Evan. 2017, Post Truth: Why We
Have Reached Peak Bullshit and
What We Can Do About It. New
York: Little Brown and Company

Frankfurt, H.G. 1985. “On Bullshit”. In
Raritan. Vol-6, h. 81-100

18

Gazali, Hatim. 2019. Islam untuk Gen Z:
Mengajarkan Islam & Mendidik
Muslim Generasi Z; Panduan Bagi
Guru PAI. Jakarta: Wahid
Foundation

Hjarvard, S. 2008. The Mediatization of
Relegion: A Theory of the Media as
Agents of Religious Change.
Northern Lights: Film and Media
Studies Year Book. Vol-6. No-1, h. 926.


Kartini. Terjemahan Armijn Pane. 2005.
Habis Gelap terbitlah Terang.
Jakarta: Balai Pustaka

K. Berlo, David. 1960, Process of
Communication: An Introduction to
Theory and Practice. Chicago:
Thomson Learning

Pengguna Internet di Sulawesi Selatan 3,7
Juta. Diunduh pada 7 Maret 2020.
Tempo.co 15 September 2015

Piliang, Yasraf Amir. 2010, Dunia Yang
Dilipat; Tamasya Melampaui Batasbatas

Kebudayaan. Bandung:
Jalasutra.

Sardarnia, K, & Safizadeh, R. 2017. “The
Internet and its Potentials for
Networking and Identity Seeking: A
Study on ISIS.” Terrorism and
Political Violence. Vol-0, No.0. h.118.


Silber, M. D., & Bhatt A. 2007.
Radicalization in the West: The
Homegrown Threat.
https://doi.org/10.1177

Sunstein. Cass R. 2017, Republic: Devided
Democracy in the Age of Social
Media. Princeton University Press.

Syafruddin, Didin,.& Ismatu, Ropi. 2018.
Gen Z: Kegalauan Identitas Agama.
Jakarta: PPIM UIN Syarif
Hidayatullah.

Storey, John. 2008. Culture Studies dan
Kajian Budaya Pop. Yogyakarta:
Jalasutra.

Syamsurijal Mimikri: Vol. 7, No. 1 Juni 2021

Teusner, Paul Emerson dan Cambell,
Religious Authority in the Age of the
Internet. Diakses pada 5 Maret 2020
pada hhtp//www.baylor.edu. 19

Zuhri, KH. Saifuddin. 2012. Guruku
Orang-orang dari Pesantren.
Yogyakarta: LKiS
Published
2021-08-23