BERGERAK DALAM SUNYI; FEMINISME NUSANTARA: MEMBINCANG TIGA PEREMPUAN “PINGGIRAN”

  • Miftahus Surur Intelektual Muda Nahdlatul Ulama
Keywords: Feminisme nusantara, modernitas, lokalitas

Abstract

Tiga abad lebih, setelah gaung perbincangan feminisme menggelora di seluruh penjuru dunia, kini feminisme terus menjadi tonggak bagi (penanda-petanda) gerakan dan juga pemikiran--bahkan juga ideologi, untuk membesut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang. Tentu saja tidak mudah, karena secara umum para aktivis perempuan banyak bergerak pada wilayah kritik sosial, politik, dan ekonomi, sedangkan pada kehidupan yang lebih empiris, tidak sedikit perempuan yang bertindak selaku subyek yang demikian bebas dan kuat melawan berbagai bentuk hegemoni (patriarki), di mana perlawanan itu justru muncul dari wilayah “pinggiran.” 

Para perempuan dari wilayah “pinggiran” ini kerap memunculkan hentakan, kekagetan, dan tidak jarang juga suara yang menusuk pada jantung gerakan perempuan mainstream, karena geliat dan perlawanan mereka sering tidak masuk, atau terpikirkan oleh para aktivis perempuan. Sesuatu yang menarik dari geliat perempuan “pinggiran” ini, adalah suara dan kritik mereka terhadap patriarki yang dilakukan secara halus, tanpa teriakan, tetapi dapat menjadi sebuah screenshoot dari besarnya arus gerakan perempuan di manapun, juga di Nusantara.

Entah, karena sifat dan bentuk dari geliat perempuan “pinggiran” ini kurang mendapat perhatian atau sebaliknya, justru menampilkan suara khas perempuan (wliayah) nusantara, maka kini mulai muncul istilah Feminisne Nusantara, yang bisa jadi terpengaruh dengan berbagai jargon yang serba Nusantara.

References

Arivia, Gadis dan Subono, Nur Iman. 2017. Seratus Tahun Feminisme di Indonesia. Para Analisis terhadap para Aktor, Debat dan Strategi. Jakarta-Jerman: Friedrich Ebert Stiftung.

Baso, 2015. Islam Nusantara Ijtihad Jenius dan Ijma’ Ulama indonesia. Jakarta. Pustaka Afid.

Budiman, Manneke. 2002. ‘Feminisme Multikultural. Seperti Apa?’ dalam Srinthil No.1. Depok: Kajian Perempuan Desantara.

Effendy, Bisri. 2002. ‘Penari dan Siasat Itu’ dalam Srinthil. Depok: Kajian Perempuan Desantara. Nomor. 1/Mei

Effendy, Bisri dan Azis, Azman. 2007. ‘Balian Bawe: Keperkasaan Perempuan Mulai Tenggelam’ dalam Srinthil No.14. Depok: Kajian Perempuan Desantara.

Fanon, Franz. (1952). 1967. Black Skin, White Masks. New York: Grove Press.

Ghafur, Abdul dan Anoegrajekti, Novi. 2003. ‘Gandrung. Demi Hidup Menyisir Malam’ dalam Srinthil No.3. Depok: Kajian Perempuan Desantara.

Sahal, Akhmad. 2015. Islam Nusantara. Dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan. Bandung: Mizan Pustaka.

Surur, Miftahus. 2003. ‘Perempuan Tayub. Nasibmu Di Sana, Nasibmu Di Sini’ dalam Srinthil No.2. Depok: Kajian Perempuan Desantara.

-----------------. 2006. ‘Selamat Tinggal Kartini. Selamat Datang Ratu Kalinyamat’. dalam Srinthil No.9. Depok: Kajian Perempuan Desantara.

Layun Rampan, Korrie. 2015. Upacara. Jakarta: Grasindo.

Mohamad, Goenawan. 2007. ‘Surat’ dalam Catatan Pinggir. No. 8. Jakarta: Tempo Publishing.

Paglia, Camille. 1991. Sexual Personae. Art and Decadence from Nefertiti to Emily Dickinson. New York: Vintage Books.

Smith, Linda Tuhiwai. 1999. Decolonyzing Methodologies. Research and Indigenous People. London: Zed Books.

Spivak, Gayatri Chakravorty. 1998. ‘Can the Subaltern Speak’ dalam Cary Nelson dan Lawrence Grossberg (Eds.). Marxism and Interpretation of Culture. Hampshire: Macmillan Education.

Tohari, Ahmad. 2003. Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wollstonecraft, Mary (1792). 2015. A Vindication of the Rights of Woman. United Kingdom: Vintage Publishing.
Published
2022-06-22