MIRACLE IN CELL NO. 7 & KISAH ‘SI PEPE’: MENGUAK SIKAP MASYARAKAT MODERN DAN TRADISIONAL TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS

  • Syamsurijal Syamsurijal Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Keywords: Penyandang disabilitas, masyarakat modern, masyarakat tradisional, film

Abstract

Penyandang disabilitas sejauh ini masih sering mengalami masalah. Mereka dirundung di sekolah atau dalam lingkungan tempat tinggalnya. Dalam masyarakat modern, keberadaan penyandang disabilitas ini kadang-kadang ditempatkan sebagai persoalan tersendiri dalam paradigma kompetitif modernisme. Penyandang disabilitas kadang dianggap beban, tetapi sekaligus juga, dalam waktu yang sama, malah dimanfaatkan untuk kepentingan mencari uang (dikomodifikasi). Saat ini, telah banyak aturan-aturan yang dikeluarkan untuk melindungi penyandang disabilitas ini, sekaligus memberikan peluang yang sama sebagaimana masyarakat pada umumnya. Tetapi, benarkah dengan berbagai aturan itu sikap masyarakat terhadap mereka mengalami perubahan? Tulisan ini mencoba menelusuri sikap masyarakat dengan melihat pada dua tipe, yaitu masyarakat modern dan masyarakat tradisional. Sikap masyarakat modern terhadap kaum disabilitas akan diungkap melalui analisis terhadap film Miracle in Cell No.7. Sementara sikap masyarakat tradisional akan diamati pada cara masyarakat kampung memperlakukan penyandang disabilitas. Masyarakat kampung yang akan diamati adalah kampung penulis sendiri, yang kebetulan memiliki beberapa penyandang disabilitas yang hidup di tengah masyarakatnya.  Selain itu, di kampung penulis juga memiliki narasi tersendiri tentang kaum disabilitas ini, baik berupa dongeng, parupama, dan mitos. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan, bahwa terdapat sikap yang berbeda antara masyarakat tradisional dan modern dalam menyikapi keberadaan penyandang disabilitas. Hadirnya beberapa aturan yang dimaksudkan untuk melindungi penyandang disabilitas ini, ternyata tidak membuat hukum, misalnya, lebih memihak pada penyandang disabilitas, sebagaimana tergambar dalam film Miracle in Cell No.7 Sementara masyarakat tradisional menerima keberadaan kaum disabilitas melalui ikatan emosi dan rasa, sebagai bagian dari keluarga atau komunitas.

References

Anggraeni, Dinda Meutia, and Filosa Gito Sukmono. 2019. “Representasi Kelompok
Minoritas Disabilitas Netra Dalam Film Dokumenter The Unseen Words.” Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi 3 (2): 180–99. https://doi.org/10.30596/interaksi.v3i2.3355.

Barthes, Roland. 1991. Mythologies. New York: Noonday Press.

———. 2010. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa: Semiotika Atau Sosiologi Tanda, Simbol dan Representasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Bazin, Andre. 1967. “The Ontology of the Photographic Image.” In What Is Cinema. California: University of California Press.

Bogdan, R. 1990. “Conclusion: Freak Encounter. Notes on the Sociology of Deviance and Disability.” In Freak Show: Presenting Human Oddities for Amusement and Profit, 267. Chicago: The University of Chicago Press.

Durkheim, Emile. 1964. The Devision of Labor in Society. New York: Free Press.

Fiske, John. 2001. Television Culture. Taylor & Francis e-Library.
———. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Foucault, Michel. 2006. History of Madness. Oxon: Routledge.

Gayatri, Ida Ayu Made. 2019. “Pemenuhan Hak Agama dan Adat untuk Penyandang Disabilitas di Bali.” Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies 3 (1): 1–13.

Husna, Sarmidi, Bahrul Fuad, Agus Muhammad, and Slamet Thohari. 2019. Fikih Penguatan Penyandang Disabilitas. Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU. Jakarta: Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU. https://simbi.kemenag.go.id/epustaka_slims/index.php?p=fstream-pdf&fid=204&bid=157.

Jowett, Garth, and J.M. Linton. 1980. Movies as Mass Communication. California: Sage Publication.

Kanter, E.Y., and S.R. Sianturi. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya. Jakarta: Storia Grafika.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. Menjadi Orang Tua Hebat: Untuk Keluarga dengan Anak yang Memiliki Disabilitas. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Koplan, Tony. 2009. Children and Adolescent with Mental Health Problems. London: The Royal College of Psychiatrists.

Matthes, B.F. n.d. Sultanul Injilai. Makassar: Naskah Makassar.

Muazza, and et.al. 2018. “Analisis Kebijakan Sekolah Inklusi: Studi Kasus di Sekolah Dasar Jambi.” Jurnal Kependidikan 2 (1): 1–12.

Noor, Triana Rosalina. 2017. “Analisis Desain Fasilitas Umum Bagi Penyandang Disabilitas (Sebuah Analisis Psikologi Lingkungan).” Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi 2 (2): 187–211. https://doi.org/10.33367/psi.v2i2.438.

Novelita, Maria. 2020. “Komodifikasi Disabilitas dalam Film The Shape.” Kalbisocio, Jurnal Bisnis Dan Komunikasi 7 (1): 16–26.

Nursyamsi, Fajri, and et.al. 2015. Kerangka Hukum Disabilitas di Indonesia: Menuju Indonesia Ramah Disabilitas. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia.

Pemerintah Desa Tamaona. 2020. “Monografi Desa Tamaona.” Bulukumba.

Rahmi, Ivany Hanifa, Ilham Gemiharto, and Putri Limilia. 2021. “Representasi Penyandang Disabilitas pada Film ‘Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta.’” ProTVF 5 (1): 101–16. https://doi.org/10.24198/ptvf.v5i1.29673.
Resnawaty, Risna, Rudi Saprudi Darwis, and Agus Wahyudi Riana. 2018. “Pengetahuan Dan Kesadaran Masyarakat Mengenai Pemenuhan Hak Anak dengan Disabilitas di Kabupaten Bandung Barat.” Share : Social Work Journal 9 (1): 66–74. https://doi.org/10.24198/share.v8i1.18100.

Rovner, Barry W., and Mary Ganguli. 1998. “Depression and Disability Associated with Impaired Vision: The MoVIES Project.” Journal Of The American Geria Trics Society 46 (5): 617–19.

Sahlins, Marshall. 1972. Stone Age Economics. Chicago: Aldine-Atherton.

Saito, Shinichi, and Reiko Ishiyama. 2005. “The Invisible Minority: Under-Representation of People with Disabilities in Prime-Time TV Dramas in Japan.” Disability & Society, 20 (4): 437–51. https://doi.org/https://psycnet.apa.org/doi/10.1080/09687590500086591.

Sajogyo, and Pudjiwati Sajogyo. 1985. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Gadjah Mada University Press.

Saxon, Author A H. 1989. “P. T. Barnum and the American Museum.” The Wilson Quarterly 13 (4): 130–39. http://www.jstor.org/stable/40257964.

Siroj, Said Aqiel. 2019. “Islam Dan Penguatan Hak Penyandang Disabilitas.” In Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas, edited by Sarmidi Husna and A. Khoirul Anom. Jakarta: PBNU.

SPA-PABK. 2019. “Pengertian, Jenis dan Hak Penyandang Disabilitas.” Https://Spa-Pabk.Kemenpppa.Go.Id/. 2019.

Syamsurijal. 2017. “Parupama ; Nasehat yang Menghibur Pendahuluan Tradisi-Tradisi Sastranya yang Berupa Lontara ( Tradisi Tulisan ).” Jurnal Lektur Keagamaan 15 (2): 295–317.

Tönnies, Ferdinand. 2001. Community and Civil Society. Edited by Jose Harris. Cambridge University Press. Trumpington: Cambridge University Press. https://doi.org/10.1017/cbo9780511816260.006.

Turner, Graemen. 1999. Film as Social Practice,. London: Routledge.

Turner, Victor. 1967. Betwixt and Between: The Liminal Period in Rites de Passage. The Forrest of Symbols. Aspect of Ndembu Ritual. Itacha: Cornel Up.

Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Williams, Glanville. 1961. Criminal Law: The General Part. London: Stevens & Sons.

Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika : Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Published
2022-11-05