KEPEMIMPINAN MASA LALU SULSEL; UPAYA TRANSFORMASI DAN KEHATI-HATIAN PADA JEJAK-JEJAK KOLONIAL?

  • Syamsurijal Adnan Balai Litbang Agama Makassar
Keywords: Reformasi, politik identitas, kolonial, kearifan lokal

Abstract

Pasca reformasi, gerakan politik identitas meruak di Indonesia. Salah satu yang mencuat adalah
keinginan berbagai daerah dan suku kembali pada sistem kepemimpinan lokal masing-masing. Tak
ada salahnya identitas kepemimpinan lokal dipentaskan kembali dalam sistem pemerintahan negara.
Kekhasan pemerintahan lokal dan kearifan yang ada di dalamnya bisa ikut mewarnai pemerintahan
kita. Namun, penting menjadi kesadaran bersama, bahwa kearifan lokal dan masa lalu kita tetap
harus dilihat secara kritis. Mengingat kita adalah bangsa yang pernah dikolonialisasi.

References

Ad’han, Syamsurijal, 2004, Penelitian Untuk
Koran Ada’ta, Makassar:LAPAR &
Pedoman Rakyat)
Ad’han, Syamsurijal, 2015, Memikirkan Ulang
Indonesia Pasca Kolonial, Jurnal Mimikri
Vol I-2015.
Baso, Ahmad, 2006, Draft Buku Islam Pasca
Kolonial.
Derrida, Jaques, 1988, “The Double Session”,
dalam Dessimination, terjemahan Barbara
Johnson, University Chicago Press,
Chicago.
Fanon, Frantz, 1967, The Wretched of the Earth,
Penguin Books, New York.
Morris, D.F.Van Bramm, 1991-1992,
Geschiedenis van het Bondgenootschap,
diterjemahkan oleh H.A.M.Mappasanda,
Balai kajian sejarah, Ujungpandang
Spivak, Gayatri, 1988, “Can the Subaltern
Speak”, dalam Carl Nelson dan Lawrence
Grossberg (ed) Marxism and the interpretation of
Culture, Urbana dan Chicago, Universitas
Of illionis Press.
Wawancara, Abu Hamid, 2004
Wawancara, Edward Palinggomang, 2004
Wawancara, A.Yunuswati, 2006
Published
2017-06-01