Budaya Gantala Jarang dalam Pesta Pernikahan pada Masyarakat di Kabupaten Jeneponto

  • Nurdin Nurdin Kementerian Agama Kabupaten Jeneponto
Keywords: budaya, gantala jarang, pesta pernikahan

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pelestarian Budaya masakan gantala jarang dalam pesta pernikahan pada masyarakat di Kabupaten Jeneponto. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Peneliti hanya menyampaikan data dengan cara menguraikan berupa kalimat. Sedangkan jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti pada tulisan ini adalah jenis deskriptif, kemudian mendiskripsikan fenomena, gejala, kejadian dan peristiwa yang terjadi pada kelompok masyarakat tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan Jeneponto sudah menjadi tradisi adat yang menggabungkan keistimewaan Jeneponto. Gantala jarang merupakan sajian daging kuda yang tidak mengandung bumbu, hanya menggunakan garam secukupnya saja. Pesta perayaan pernikahan akan terasa lengkap jika beberapa masakan ikut di sajikan. Karena para tamu datang ke pesta ketika kuda-kuda disembelih, dijadikan sajian untuk dihidangkan kepada para tamu undangan. Hidangan masakan gantala jarang yang langka ini telah mewarnai perayaan-perayaan lain. Selain pesta pernikahan , pesta khitanan dan aqiqah, menyambut Idul Fitri dan Idul Adha pun menjadi momen yang tepat ketika gantala jarang ikut disajikan. Selain hidangan masakan Gantala Jarang , tradisi barazanji juga ikut memeriahkan perayaan pesta-pesta seperti pernikahan, khitanan, aqiqah dan acara lainnya. Kuliner Gantala Jarang menjadi makanan khas masyarakat Jeneponto. Gantala Jarang ini yang membuat bangga masyarakat Jeneponto, karena dari 24 kabupaten kota, hanya Jeneponto yang makan daging kuda, meskipun ada kabupaten lain juga makan daging kuda tetapi bukan menjadi suatu keharusan. Gantala, ada juga penangkaran kuda. Gantala Jarang menjadi konsumsi utama masyarakat Jeneponto karena masyarakat Jeneponto percaya bahwa daging kuda mencegah penyakit Infeksi ( tetanus ). Selain itu lemak dari daging kuda juga berfungsi mengobati penyakit asma, luka bakar dll. Lemak kuda dikemas dalam bentuk minyak yang disebut minyak kuda. Serta organ tubuh kuda lainnya baik untuk kesehatan.

References

A. Chatra. (2021).Pengembangan Industri Olahan Makanan Indonesian. Journal of Business and Management, 1(3),443-452.
Abdurrahman Fatoni. (2011).Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususnan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Agus Bustanuddin. (2007). Agama dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama Cet 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arwan,Tuti Artha,dan Heddy Shri Ahimsa Putra. (2004). Jejak Masa Lalu Sejuta Warisan Budaya. Yogyakarta: Kunci Ilmu.
Gulo (2002). Metodologi Penelitian cet. 1. Jakarta: Grasindo.
Hanafi Pelul & Muh.Zainal. (2022). Interactive Communication through Cas-Cis-Cus Method. Jurnal Ilmiah Nizamia Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama Vol. 04, No. 2, April,174.
Hartono & D.D. Hartomo. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Judul Artikel atau Versi Ringkasannya yang Tidal Lebih dari Satu Baris .... Nurdin Ighort.
134
UMKM di Surakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 141.
Handayani Indah Susanti, A. L. (2021). Pola Pemasaran Ternak Kuda di Pasar Hewan Tolo Kabupaten Jeneponto. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan Vol. 7 No. 2: Des, 144-158.
John Creswell. (2016). Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Metode Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
John Leksi Moleong. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kementrian Agama RI. (2017). Al-Qur'an dan terjemahan. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.
Ki Hajar, Dewantara. (1994). Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Lutfiyah.(2014). Relasi Budaya dan Agama dalam Pernikahan. Jurnal Hukum Islam (JHI) Vol. 12, Nomor 1, Juni, 2-3.
M. Deden Ridwan (ed). (2001). Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan antar Disiplin Ilmu. Bandung: Nuansa.
Mirnawati. (2017). Simbol Karaeng bagi Masyarakat Jeneponto (Kasus di Desa Bulo-Bulo Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto). Makassar: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
Muh Ilham. (2014). Islam Budaya Lokal: Kearifan Lokal dalam ungkapan Makassar dan Relevasinya dengan pernikahan Islam. Makassar: PPS UIN Alauddin.
Muhlis Hadrawi. (2017). Bangkala dan Binamu: Suatu Kajian Naskah Lontara' Dalam Sosial-Politik Jeneponto Kuno.Etnosia 2, No. 2 .5.
Nurul Fajrianti. (2020).Latar Belakang Pemberian Gelar Kebangsawanan Novel Djarina Karya Atte Shenylia: Tinjauan Sosiologi Sastra. Neologial, no. 2 Juni, 4-5.
Nur Salam, Muhadjir Suni&Wim Johannes Winowatan. (2011). Makanan Tradisional sebagai Potensi Daya Tarik Wisata di Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Akademi Pariwisata.
Pritim A. Soronki. (1998). Social Stratification. New York: Harper.
Resky Pebrianti Putri. (2017).Persepsi Masyarakat Tentang Transformasi Sistem Karaeng di Jeneponto (Studi Fenomenologi)", Skripsi (Jurusan Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Risma. (2015).Tradisi Anggauk-gauk Dalam Transformasi Budaya Lokal di Kabupaten Takalar. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Sabir. (2016). Upacara Pernikahan Adat Mandar di Desa Pabberu Kecematan Taramannu Kabupaten Poliwali Mandar. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi. (1964).Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Siti Aminah Pabittei. (2011). Adat dan upacara perkawinan daerah Sulawesi Selatan cet IV. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan.
Soekanto Soerjono. (2009).Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soeparno. (2005). Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4.Yogyakarta:Gadjah Mada University. Press.
Sutrisno Hadi. (2015). Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Published
2023-06-16