Budaya Pela-Gandong Sebelum dan Sesudah Konflik pada Negeri Latta di Kota Ambon

  • Hanafi Pelu Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Makassar
  • Juairia Pelu Sekolah Dasar Inpres 44 Batu Koneng
  • Sipa Pelu Sekolah Mengengah Pertama (SMP) Negeri 5 Laihitu
Keywords: budaya, desa latta, pela-gandong, konflik

Abstract

Artikel ini mengkaji Pela-Gandong dengan tujuan untuk mengetahui hubungan keakraban hidup orang basudara sebelum dan sesudah konflik di Desa Latta Kota Ambon Provinsi Maluku pada tahun 1999. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni menjelaskan hasil penelitian dengan menguraikannya secara deskriptif. Penelitian deskriptif yang diimplementasikan adalah menjelaskan fenomena, gejala, kejadian, dan peristiwa yang terjadi pada kelompok masyarakat tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pola kehidupan Pela-Gandong orang basudara (bersaudara) di Maluku telah memiliki kekhasan hubungan kebersamaan, kekerabatan dan kemasyarakatan yang ada pada masyakarat Desa Latta, baik masyarakat Kristen dan Muslim. Persaudaraan keduanya telah tertanam dan dipraktikkan oleh nenek-moyang mereka sejak zaman dahulu kala. Hubungan tersebut disebut budaya Pela-Gandong. Pela berarti ‘telah terjadi atau telah terjalin sejak dahulu kala’ maknanya adalah interaksi sosial kemasyarakatan telah terjadi antara satu desa adat dengan desa adat yang lain untuk tolong menolong tanpa melihat perbedaan suku, ras, golongan dan Agama. Dengan demikian Pela-Gandong adalah sebuah keterikatan hubungan kekeluargaan desa-desa adat dan merupakan sebuah ‘persaudaraan sejati’. Masyarakat Desa Latta Muslim dan Kristen telah mempraktikkan kehidupan Pela-Gandong sejak nenek-moyang dan diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu, bahkan sampai anak cicit buyut mereka.

References

Abdul Waris dan Hadiah Ahmad. (2022). Mappanre temme’: Sisi Eksotis Akulturasi Budaya di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo. Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 282.
Althien J. Pesurnay. (2021). Muatan Nilai dalam Tradisi Pela Gandong di Maluku Tengah. Jurnal Adat dan Budaya, Vol 3, No 1 Tahun, 17-28.
Andress D. Bakarbessy. (2012). Otonomi Daerah, Primordialisme dan Sumber Daya Manusia. Jurnal SASI, 15.
Bartels Dieter. (2017). Budaya Dibawah Naungan Gunung Nunusaku: Muslim-Kristen Hidup Berdampinagan di Maluku Tengah Jilid I. Jakarta: Gramedia.
Bin-Tahir S.Z., Hanapi, Hanapi. (2019). Revitalizing the Maluku Local Language in Multilingual Learning Model. International Journal of Scientific Technology Research, Vol. 8. Issue 10. October, 25.
BPS Provinsi Maluku. (2021). Provinsi Maluku Dalam Angka. Ambon: Badan Pusat Statistik .
Cambridge Dictionary. (2022). https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/conflict. Cambridge: Cambridge Dictionary University Press.
Cate Buchanan, ed. (2011). Pengelolaan Konflik di Indonesia –Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Current Asia dan the Centre for Humanitarian Dialogue.
Debora Sanur Lindawaty. (2011). Konflik Ambon: Kajian Terhadap Beberapa Akar Permasalahan dan Solus. Politica Vol. 2, No. 2, November, 272.
Elsina Huberta Aponno. (2017). Budaya Lokal Maluku “Pela Gandong” dalam Konteks Perilaku Organisasi. Jurnal Manajemen Vol. 03 No. 01 Februari, 12.
Esther Kembauw, Aphrodite M Sahusilawane & Lexy J. Sinay. (2017). Pembangunan Perekonomian Maluku. Yogyakarta: Deepublish.
F. Sahusilawane. (2004). Sejarah Lahirnya Pela dan Gandong Antar Negeri-negeri Di Pulau Ambon. Laporan Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Ambon. Ambon: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ambon.
Hanafi Pelu&Muh. Zainal. (2022). Komunikasi Interaktif Melalui Metode Cas-Cis-Cus. Jurnal Ilmiah Nizamia Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 174.
Jamin Safi. (2017). Konflik Komunal: Maluku 1999-2000. Kie Raha Jurnal Sosial dan Keagamaan Volume 12 No 2 Maret, 40.
Jerry Indrawan. (2022). Analisis Konflik Ambon Menggunakan Penahapan Konflik Simon Fisher. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik Volume 4 Nomor 1, 12-26.
John Creswell. (2016). Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Metode Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
John Leksi Moleong. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kartono dan Kartini. (2008). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Rap Grafindo. Persada.
M. Adnan Amal. (2007). Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Maluku: Gora Pustaka Indonesia.
Peg. Pickering. (2001). How to Manage Conflict. Jakarta: Erlangga.
Pruit, G. Dean dan Jeffey Z. Rubin. (2004). Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarto. (2019). Budaya, Pemahaman dan Penerapannya “Aspek Sistem Religi, Bahasa, Pengetahuan, Sosial, Keseninan dan Teknologi”. Jurnal Literasiologi Volume 1, No. 2 Juli – Desember, 145.
Sutrisno Hadi. (2015). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Andi Ofset.
Tri Ratnawati. (2009). Pemekaran Daerah Politik Lokal & Beberapa Isu Terseleksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Usman Thalib. (2011). Sejarah Masuknya Islam di Maluku. Maluku: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
Z.A. Bagir. (2011). Pluralisme Kewargaan, ArahBaru Politik Keragaman Indonesia. Bandung- Yogyakarta: Mizan dan CRCS.
Published
2023-06-16