Kesantunan dan Hubungan Sosial dalam Masyarakat Bugis di Sulsel
Abstract
Sebagai masyarakat yang dikenal dengan budaya santunnya, Bugis seyogyanya selalu dipersepsikan santun di mana pun mereka berada. Tak terkecuali jika mereka berada di tanah rantau. Karena itu, tulisan ini berupaya mengungkap model kesantunan Bahasa Bugis di Tanah rantaua dengan pendekatan desriptif kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa; Strategi kesantunan berbahasa direpresentasikan secara deskriptif melalui dua kategori strategi yaitu strategi positif dan strategi negatif. Komunikasi dalam masyarakat diketahui bahwa Bahasa diciptakan dan dipertahankan melalui aktivitas komunikasi para individu anggotanya. Secara kolektif, perilaku mereka secara bersama-sama menciptakan realita yang mengikat dan harus dipenuhi oleh individu agar dapat menjadi bagian dari kebudayan. Etiket dan kesantunan melalui penggunaan piranti sistem kekerabatan, bahasa Bugis juga menyediakan kosa kata, partikel, dan afiks-afiks yang lazim digunakan untuk menyatakan etiket dan kesantunan dalam komunikasi sehari-hari. Katakata „ie‟, „idi‟, „puang, „pung‟, „petta‟ merupakan sistem leksikal yang memiliki makna sosial kesantunan.
References
Helen. 1992. Conceptions of Sosial Relation and Pragmatics Research. Journal of Pragmatics Brown, Penelope and S.C. Levinson (1987). Politeness: Some universals in language usage. Cambridge University Press. Cansler, David C. and William B. Stiles. 1981. ―Relative status and interpersonal presumeptuousness”. Journal of Pragmatics 20 (1993) Darwis, Muhammad. Dkk.1992. “Tingkat Tutur dalam Bahasa Bugis”. Ujung Pandang: Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin. Eelen, Gino. 2001. A Critique of Politeness Theory. Abdul Syukur Ibrahim (Penerjemah). 2006. Surabaya: Airlangga University Press. Foley, William. 1999. Anthropological Linguistics: an Introduction. USA: Blackwell Publishers Inc. Goffman, Erving. 1967. “On Facework: An analysis of ritual elements in social interaction”. In Jawrski, A.,and Coupland, N. (eds.) The Discourse Reader, London, Roterledge, pp. 306-321. Akses 16 Nopember 2007 pada http://en. Wikipedia.org/wiki/Politenesstheory. Gusnawaty. 2000. Masyarakat Madani dalam Lontara: Beberapa Konsep Pembinaan Masyarakat Sulawesi Selatan. Bappeda Propinsi Sulawesi Selatan dan Fak. Sastra Unhas Makassar.
Kesantunan Bahasa Bugis… Andi Hasrianti
50
Holmes, Janet, 1990. Apologies in New Zealand English. Languaqge in Society. Holtgraves et al. 1989. ”Conversation memory: The effect of Speaker status on memory for the assertiveness of conversation remarks”. Journal of Personality and Social Psychology. Hymes, Dell H., 1974. Foundations in Sociolinguistics: An ethnographic approach. Philadelphia, PA: University of Pennsylvania Press. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. M.D.D. Oka (Penerj.). Jakarta: UI-Press. Lim, Tae-Seoup and John W. Bowers. 1991. “Facework, solidarity, approbation, and tact”. Human Communication Research 17 Liu, Shaozhong. 1999. “New Perspectives of Pragmatics”. (Online), Vol. 1 Issue No. 2005. http://www.gxnu.edu.cn/cofs; Diakses 14 juli 2008. Mattulada, 1975. Latoa. “Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi-Politik Orang Bugis”. Jakarta: Disertasi Program Pascasarjan U.I. Tidak terbit. Mills, S. 2003. “Gender and Politeness”. Cambridge University Press. Akses 16 Nopember 2007http://en.wikipedia.org/wiki/ Politeness_theory Nodoushan, Mohammad Ali Salmani. 2006. “The Socio-Pragmatics of Greeting Forms in English And Persia”. (Online) The
International Journal of Language, Society and Culture. Akses May 26, 2008 pada http://www.educ.utas.edu Spencer-Oatey, Helen. 1992. “Conceptions of Sosial Relation and Pragmatics Research”. Journal of Pragmatics 20 (1993) Stern, H.H., 1983. Fundamental Concept of Language Teaching. Oxford University Press. Yule, George. 1996. Pragmatik. Indah Fajar Wahyudi (Penerjemah). 2006 Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Vollmer and Olshtain, 1989. ―The language of apologies in German”. In: S. Blum-Kulka et al., eds. Christie, Christine. Gender and Language: Towards A Feminist Pragmatics. Ediburg University Press. 2000 Graddol, David dan Swann, Joan. Gender Voices: Telaah Kritis Relasi Bahasa – Jender. Terj. M.Muhit. Jakarta: Pedati. 1989. Katubi. Studi Bahasa dan Jender: Sejarah singkat, Ancangan dan Model Analisis. Dalam jurnal Masyarakat dan Budaya. Jakarta: PMB:LIPI. 2004. Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1981. Miles dan Huberman. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. Baverly Hills: Sage Publications.1986 Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remadja Rosda Karya.2000.
Jurnal Pusaka, Vol. 2, No. 1, 2014
51
Saeed, John I. Semantics. USA: Blackwell Publishing Ltd. 2003 Surahmad, Winarso. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung. 1982. Sperber dan Wilson. Relevance Communication and Cognition. Oxford: Basil:Blackwell. 1989.
Wardhaugh, Ronald. An Introduction to Sociolinguistics. 3rd Edition. Cambridge:Black Well.1998. Wray, Alison, Trott, Kate dan Aileen Broomer. Project in Linguistics. New York. 1997.