Eksistensi Paondo sebagai Model Pengajaran bagi Penghayat Ada’ Mappurondo di Desa Ranteberang, Kabupaten Mamasa

  • Ferdy Hidayat Fakultas Teologi, Universitas Kristen Duta Wacana
Keywords: ada’ mappurondo, desa ranteberang, model pengajaran, paondo, pemali appa’ randa nna.

Abstract

Ada’ Mappurondo adalah kepercayaan tertua masyarakat Kabupaten Mamasa, salah satunya di Desa Ranteberang, Kecamatan Buntu Malangka’. Penghayat Ada’ Mappurondo melaksanakan prinsip hidup melalui petuah dari para leluhur secara lisan, yang dalam bahasa Mamasa disebut Paondo. Petuah tersebut bersumber dari falsafah Pemali appa’ Randanna atau Empat Aturan Dasar. Paondo menguraikan berbagai macam laku kehidupan yang disampaikan oleh orang tua atau sesepuh/pemimpin kampung (tomatua). Artikel ini mengkaji eksistensi paondo sebagai model pengajaran bagi penghayat Ada’ Mappurondo. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang didesain secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan terutama jurnal ilmiah. Artikel ini mengungkapkan bahwa nama Ada’ Mappurondo artinya “ajaran lisan, tidak tertulis”. Sebagai model pengajaran, paondo berfungsi sebagai pembentuk identitas, proses transmisi pengetahuan, dan ekspresi keyakinan yang dianut penghayat. Keberadaan paondo terancam oleh karena faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal seperti desakan budaya asing, keterbukaan informasi melalui gadget dan penghayat yang migrasi keluar dari kampung halaman untuk merantau. Faktor internal adalah melemahnya laku-hidup dalam tatanan Ada’ Mappurondo, karena ajaran tomatua dalam paondo dianggap berseberangan sistem logika masyarakat modern dan pengetahuan yang terlalu hirarki karena terbatas pada keturunan tomatua. Hasil kajian menunjukkan bahwa eksistensi paondo bergantung pada terbangunnya kebiasaan para generasi muda di Desa Ranteberang dalam mendengarkan dan merefleksikan petuah yang ada dalam paondo sebagai pijakan penghayat Ada’ Mappurondo.

References

A. Putra, J. (2016). Ada’ Mappurondo dari Hulu Sungai Saddang. Majalah Gatra. http://arsip.gatra.com/2016-07- 11/majalah/artikel.php?pil=23& id=162388#

Buijs, K. (2006). Powers of Blessing from the Wilderness and from Heaven: Structure and Transformations in the Religion of the Toraja in the Mamasa Area of South Sulawesi. KITLV Press.

Hakim, B. (2009). Jejak Austronesia di Mamasa, Sulawesi Barat: Kajian Tradisi Tutur, Etnografi, dan Arkeologis. WALENNAE: Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan Dan Tenggara, 11(1), Article 1. https://doi.org/10.24832/wln.v1 1i1.200

Hasanah, L. U., & Andari, N. (2021). Tradisi Lisan sebagai Media Pembelajaran Nilai Sosial dan Budaya Masyarakat. Jurnal Ilmiah FONEMA : Jurnal Edukasi Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(1), 48–66. https://doi.org/10.25139/fn.v4i1 .3232

Herlambang, R. (2021). “MENIPU" PADI Melihat Alam sebagai Sesama Ciptaan yang Hidup melalui Budaya Masyarakat Tradisional di Ranteberang – Buntumalangka. Loko Kada Jurnal Teologi Kontekstual & Oikumenis, 1(1), 27–36.

I. Nengah Duija. (2005). Tradisi Lisan, Naskah, dan Sejarah sebuah Catatan Politik Kebudayaan. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 7(2), 115–128.

Kabupaten Mamasa, B. P. S. (2022). Kecamatan Buntumalangka Dalam Angka 2022 [dataset]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamasa

Manase, H. J. (2019). Mappurondo: Budaya Khas dan Kearifan Lokal Sulawesi Barat. Editor: Sarman Sahuding. Bumi Transindo.

Mansi, L. (2013). Sage Advice SengoSengo In The District Mambi Mamasa. Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, 1(1), 117–129.

Mediana. (2020, July 16). 4.521 Tradisi Lisan Memerlukan Perlindungan. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/di kbud/2020/07/17/4-521-tradisi￾lisan-memerlukan￾perlindungan/

MPSS, P. (2015). Metodologi Kajian Tradisi Lisan Edisi Revisi. Asosiasi Tradisi Lisan (ATL). https://books.google.co.id/book s?id=tCBIDAAAQBAJ&prints ec=frontcover&hl=id&source= gbs_ge_summary_r&cad=0#v= onepage&q&f=true

Nye, M. (2004). Religion: The Basics (2nd edition). Routledge.

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Parawisata Nomor 43/41 Tentang Pedoman Pelayanan Kepada Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa, Pub. L. No. Nomor 43 Dan Nomor 41, Pasal 1, Ayat 2 Bab I (2009).

Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran; Jhon W. Creshwell (A. Fawaid & Rianayati. K. Pancasari, Trans.; Edisi Keempat). (2014). Pustaka Pelajar.

Setyawan, D. (2017). Tantangan Sastra Lisan Ditengah Era Digital. In Prosiding: Konfrensi Nasional Sastra, Bahasa dan Budaya 2017: Sastra, Bahasa, Budaya, dan Pengajarannya di Era Digital. Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Kanjuruhan Malang.

Tore, M., & Novian, R. (2022). Kajian Teologis Kontekstual terhadap Tradisi Masso’be’ sebagai Suatu Ritual Menandai Permulaan Pekerjaan Sawah di Jemaat Solagratia Saludadeko. Loko Kada Jurnal Teologi Kontekstual & Oikumenis, Vol. 02(No. 02), 117.

Warisan Budaya Takbenda | Penetapan. (n.d.). Retrieved October 31, 2023, from https://warisanbudaya.kemdikb ud.go.id/?penetapan&&list&lim itto=1

WBTB, A. (2016, January 1). Warisan Budaya Takbenda | Beranda. Masyarakat Adat Mappurondo. https://warisanbudaya.kemdikb ud.go.id/?newdetail&detailCata t=6331

Wibowo, B. A. (2022). Eksistensi Tradisi Lisan Sebagai Sumber Sejarah Lokal. Estoria: Journal of Social Science and Humanities, 3(1), 383–397. https://doi.org/10.30998/je.v3i1. 1178

Widarni, N., Asmunandar, & Amirullah. (2022). Hukum Adat Pemali Appa’ Handanna Masyarakat Buntu Malangka’: 1815 –1921. PATTINGALLOANG Jurnal Pemikiran Pendidikan Dan Penelitian Kesejarahan, 9(2), 139–148.

Wilfred Cantwell Smith: Kitab Suci Agama-Agama (D. Iswadi, Trans.). (2005). Teraju.

Yanzi, H. (2017). Penguatan Tradisi Lisan sebagai upaya Eksistensi Nilai-Nilai Multikultur. In PROSIDING: Kegiatan Ilmuah Tingkat Nasional: Kearifan Lokal Dalam Dinamika Masyarakat Multikultural. Penyunting, Nina dkk. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lampung
Published
2023-11-05