Sultan La Elangi (1578-1615 M) (Arkeologi Makam Sang Perintis Martabat Tujuh di Kesultanan Buton)
Abstract
Makam-makam kuno sebagai bukti sejarah di Indonesia banyak yang sudah direnovasi dan menyisakan informasi yang sedikit tentang tokoh yang terkait dengannya, hal ini menyulitkan kajian arkeologi secara mandiri sebagaimana terjadi pada makam Sultan La Elangi yang sudah direnovasi. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif eksploratif, yaitu penelitian kualitatif yang dilakukan dengan memberikan gambaran tentang data arkeologi makam dan peran Sultan La Elangi. Penelitian menunjukkan bahwa; Bentuk awal makam Sultan La Elangi cukup sederhana dan tidak menunjukkan kesan mewah sebagaimana layaknya seorang raja. Morfologi makam Sultan hanya terdiri dari nisan tanpa jirat permanen. Bentuk nisan menyerupai menhir tanpa ukiran yang terbuat dari endapan tetesan air gua batu, yang disebut stalaktit atau stalakmit. Hal ini dimaksudkan untuk melanggengkan suasana sejuk pada makam. Sementara peran Sultan La Elangi yaitu pada masa pemerintahannya banyak sistem yang dibuat dan ditata guna kelancaran roda pemerintahan. Diantaranya, undang-undang dasar kesultanan yang sarat dengan konsep Martabat tujuh.
References
Yunis, Abdul Rahim. 1995. Posisi Tasawuf dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton pada Abad ke-19 Jakarta: INIS.
Ikram, Achadiati. 2005. Istiadat Tanah Negeri Butun: Edisi Teks dan Komentar Jakarta: Djambatan.
Hafid, Anwar dan Misran Safar. 2007. Sejarah Kota Kendari. Bandung: Humaniora.
Irmawati dan M-Johan, 2012. Boundedness dan Polusi dalam Situs Islam Cirebon abad ke 16-18. Makalah: Diklat Arkeologi Kementerian Agama
Junardi. 2008. Wisata Religi Astana Giribangu, http://m.wisatamelayu.com/ id/tour/835-Wisata-Religi-Astana-Giribangun/navgeoj. Akses 1 Desember 2014
Schoorl, Pim. 2003. Masyarakat, Sejarah dan Budaya Buton Jakarta: Djambatan, terj. G.Winaya.
Santing, Waspada (eds). 2010. Ulama Perintis; Biografi Mini Ulama Sulsel. Makassar: Pustaka Az-Zikra.
Tjandrasasmita, Uka. 1999. “Dampak Perpecahan Politik di Kerajaan Cirebon kepada penempatan Kubur Raja-raja di komlpleks makam Sunan Gunung Jati, Gunung Sembung, dalam Panggung Sejarah: Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard, Henry Chambert-Loir dkk (editor) Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.