Penerimaan dan Perkembangan Islam di Kerajaan Suppa Abad ke-17

  • Ahmad Yani IAIN Parepare
  • Ahmad Zulfikar Institut Agama Islam An-Nadwah Kuala Tungkal
  • Susi Mako Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare
  • Mirnanini Mirnanini Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare
Keywords: Islamisasi, Kerajaan Suppa, Transformasi Sosial-Budaya

Abstract

Penelitian ini menganalisis proses penerimaan Islam dan perubahan sosial-budaya di Kerajaan Suppa pada abad ke-17. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang terdiri atas empat tahapan: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa penerimaan Islam di Suppa tidak terlepas dari peranan para pedagang dan ulama dari wilayah Nusantara yang telah lebih dahulu menerima Islam. Salah satu tokoh kunci dalam proses ini adalah Datuk Ribandang dari Minangkabau, yang mengislamkan Raja Suppa, We Passulle Daeng Bulaeng. Tiga faktor utama yang melatarbelakangi proses islamisasi di kerajaan Suppa adalah kontak pelayaran masyarakat Suppa dengan daerah lain yang telah memeluk Islam, migrasi orang-orang Melayu akibat serangan Portugis ke Malaka pada tahun 1511 M, dan kehadiran pedagang-pedagang Arab di daerah setempat. Setelah Raja Suppa memeluk Islam, beliau mengajak seluruh keluarga dan masyarakatnya untuk mengikuti jejaknya. Proses islamisasi ini juga membawa perubahan signifikan dalam struktur pemerintahan dan sosial budaya masyarakat Suppa. Dibentuknya lembaga Parewa Syara’ yang dikepalai oleh seorang Qadhi menandai integrasi syariat Islam ke dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial budaya lokal. Penelitian ini menegaskan pentingnya peran raja dalam proses islamisasi di Suppa, serta bagaimana nilai-nilai Islam yang baru memperkaya dan berintegrasi dengan kebudayaan lokal. Dengan demikian, artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika sosial dan budaya dalam penerimaan Islam di Kerajaan Suppa pada abad ke-17.

 

References

Abd. Latif. 2012. “Konfederasi Ajatappareng 1812-1906 Sejarah Sosiopolitik Orang Bugis Di Sulawesi Selatan.” Universitas Kebangsaan Malaysia.

Ahmad M. Sewang. 2005. Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI Sampai Abad XVII). Jakarta: Yayasan Obor.

Andi Makkaraka. n.d. Lontarak Sukkuna Wajo.

Antonio Pinto da Franca. 1985. Purtuguese Influence in Indonesia. Lisabon: Calouste Gulkenbian Foundation.

Badan Perpustakaan dar Arsip Daerah Sulsel. n.d. Lontarak Rol 60 No. 7.

Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam,. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Lontarak Alitta. n.d. Pemereintah Daerah Tingkat I Sulsel.

Pabbitjara, Burhanuddin. 2008. “Persekutuan Limae Ajatappareng Abad XVI.” Universitas Negeri Makassar.

Paewa, Haji. n.d. Lontarak Akkarungeng Sawitto.

Riadi, Slamet. 2019. “LATOA: ANTROPOLOGI POLITIK ORANG BUGIS KARYA MATTULADA ‘SEBUAH TAFSIR EPISTEMOLOGIS.’” Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial Dan Humaniora. https://doi.org/10.36869/.v5i1.14.

Sulsel, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. n.d. Lontarak Sidenreng.

Syahrir Kila. n.d. Sejarah Islam Di Pinrang. Ujung Pandang: DEPDIKBUD Provinsi Sulawesi Selatan.

Syukur, Syamzan. 2014. Rekonstruksi Teori Islamisasi Di Nusantara: Diskursus Para Sejarawan & Antropolog, Prosiding Internasional, Islam, Literasi Dan Budaya Lokal. Makassar: UIN Alauddin Press.

Yani, A. 2019. “Islamisasi Di Ajatappareng Abad XVI-XVII (Suatu Kajian Historis).” Journal of Chemical Information and Modeling. Https …. https://core.ac.uk/download/pdf/198218729.pdf.

Yani, Ahmad. 2018. “DAMPAK PERANG MAKASSAR TERHADAP UMAT ISLAM SULAWESI SELATAN ABAD XVII-XVIII.” Jurnal Rihlah.

———. 2020. “Islamisasi Di Ajatappareng Abad XVI-XVII.” PUSAKA. https://doi.org/10.31969/pusaka.v8i2.420.

Published
2024-11-30