Prakarsa Bugis-Mandar dalam Pendidikan Keagamaan di Lalowura Loea Kolaka Timur Sulawesi Tenggara

  • Muh. Yahya Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara
  • Muh Subair Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Keywords: Migran Bugis-Mandar, pendidikan keagamaan, faham baru, tradisikeagamaan

Abstract

Terbentuknya kota-kota yang multi etnis, multi Bahasa dan multi agamaselanjutnya disebut multi kultur antara lain didorong oleh pola migrasi yangdinamis. Perjumpaan masyarakat multi kultur kemudian mengahdirkan interaksisosial yang saling membutuhkan. Motif-motif awal perjumpaan mereka tidak dapatdominan mewarnai kehidupan keseharian. Pada gilirannya kehidupan sosialmasyarakat multi kultur berjalan saling berkontribusi dengan peran-peranberdsarkan potensi dan karakternya. Pada posisi inilah, tulisan ini hadir denganpendekatan kajian kulitatif deskriptif melalui rangkaian wawancara, observasi danstudi dokumen untuk menguraikan bagaimana peran migran Bugis-Mandar dalampengembangan pendidikan keagamaan di Desa Lalowura Kecamatan LoeaKabupaten Kolaka timur Sulawesi Tenggara. Masratakat etnis Bugis-Mandarsebagai masyarakat religious yang mayoritas mendiami Desa Lalowura memberiperhatian terhadap pendidikan keagamaan dengan upaya terbatas, yaitu terbatasdalam pendidikan cara belajar Alquran dan sedikit pengajian yang tidak rutin.Kendala utamanya adalah segi sumber daya manusia Desa Lalowura yang tidakmemiliki sosok ulama pemersatu yang dapat menjadi pengayom dan panutan.Masuknya faham-faham keagamaan yang ekslusif juga memperkeruh suasanadengan menciptakan friksi dalam masyarakat yang tadinya mayoritas akrab dengantradisi keagamaan. Kini, hadir faham baru yang menyesatkan pelaksanaan tradisikeagamaan yang kemudian menimbulkan polemik dan potensial memicu konflik.Karena itu, diperlukan perhatian dari pihak terkait untuk menurunkan potensikonflik tersebut dengan melakukan kegiatan pencerahan yang menyejukkan bagisemua kelompok masyarakat.

Kata Kunci: Migran Bugis-Mandar,,  pendidikan keagamaanfaham baru, tradisikeagamaan.

 

References

Akmal, N. dan S. (2015). Teologi Kesejahteraan Orang Bugis (Perjumpaan Religi dengan Tradisi terhadap Motivasi Dagang Muslim Suku Bugis di Kota Kendari). Kendari.

Amiruddin, Suardika, I. K., &Anwar. (2017). Kalosara di Kalangan Masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara. Mudra Jurnal Seni Budaya. https://doi.org/10.31091/MUDRA.V32I2.111

Anwar, A., Suardika, I. K., T., M., Suleiman, A. R., & Syukur, M.(2017). Kalosara Revitalization as an Ethno-Pedagogical Media in the Development of Character of Junior High School Students. International Education Studies.https://doi.org/10.5539/ies.v11 n1p172

Anwar, H. (2013). Hubungan Kekerabatan antar Etnik di Sulawesi Tenggara dalam Analisis Jaringan Pelayaran dan Perdagangan Sejak Masa Kerajaan Hingga Kini. Retrieved from http://anwarhapid.blogspot.com/2013/01/hubungan-kekerabatanantar-etnik-di.html

Asrif, N. F. N. (2017).IDENTIFIKASI,PEMETAAN,DAN PELINDUNGAN SASTRA LOKAL SULAWESI TENGGARA. Kandai. https://doi.org/10.26499/JK.V10 I1.317

Darmawati. (2015). Profil Kebahasaan Nelayan Bugis di Tinobu, Sulawesi Tenggara: Pola-pola Penggunaan Bahasa. Kandai, 11(2), 176–188.

Hardianto. (2018). Perkembangan Perekonomian Masyarakat Bugis Sinjai di Desa Lawatuea Kecamatan Poleang Utara Kabupaten Bombana (19892017). Universitas Halu Oleo Kendari.

Jusmiati. (2013). Migrasi dan Perubahan Sosial Budaya Orang Bugis di Desa Lalonggalasua Kabupaten Kolaka (1970-2010).Universitas Halu Oleo Kendari.

Mirna. (2014). Diaspora Suku Bugis(dalam Kajian Interaksi Suku Bugis dengan Suku Tolaki).Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Muhammad, F. (2018). Uang Panai dalam Perspektif Adat Perkawinan Suku Bugis di Desa Larete Kecamatan Poleang Tenggara Kabupaten Bomabana. Universitas Halu Oleo Kendari.

Mulyoutami, E., Wahyuni, E. S., & Kolopaking, L. M. (2014).Mengurai Jaringan Migrasi: Kjian Komunitas Ptani Migran Bugis di Slawesi Tenggara. Jurnal Kependudukan Indonesia, 9(1), 11–24.

Odelfin. (2012). Mobilitas Orang Bugis Sinjai di Desa Sambahule Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan (1988-2011). Universitas Halu Oleo Kendari.

RadioGaulFM. (2016). Sejarah singkat Ladongi. Retrieved March 26, 2019, from https://qiubyzhukhi.wordpress.com/2016/05/15/sejarah-kphp-ladongi/

Rahmat, J. dan P. (2019). Interaksi Sosial Antar Komunitas (Studi Sosio-Antropologi pada Etnik Bugis dan Etnik Muna di Kelurahan Aloma Kecamatan Mandongan Kota Kendari). Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/245921-interaksi-sosial-antar-komunitas-aec0140d.pdf%0A

Ramadan, S. (2018). INTERPRETASI KALOSARA DALAM RUMAH ADAT TOLAKI. NALARs. https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.145-154

Saenal, A. (2018). Sejarah Hubungan Kekerabatan Suku Bugis dengan Suku Moronene di Wilayah Poleang. Universitas Halu Oleo Kendari.

Sattin. (2002). Migrasi Orang Bugis di Desa LataweKecamatan Napabalano Kabupaten Muna (1950-2001). Universitas Halu Oleo Kendari.

Subair, M. (2017). INTERNALIZING KALOSARA’S VALUE IN A TRADITIONAL DANCE ‘LULO’ IN THE CITY OF KENDARI, SOUTHEAST SULAWESI. Analisa: Journal of Social Science and Religion. https://doi.org/10.18784/analisa.v2i2.482

Umar, M. dan A. (2016). Komunikasi antar Budaya Rumpun Bugis Enrekang dan Suku Bugis dalam Interaksi Sosial Budaya di Desa Polenga Kabupaten Kolaka. Kendari.

Yuliaty, C., & Triyanti, R. (2016). Dominasi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan di Kota Kendari (Studi Kasus: Nelayan Bugis Makassar), (021), 89–98.Sumber Internethttp://www.thecolourofindonesia.com/2015/10/demografi-sulawesi-tenggara.html

Published
2019-11-05