Mengilhami Kreativitas Keberagamaan Masyarakat Melalui Perjumpaan Islam dan Patuntung di Tanah Toa Kajang

  • Sylviah Sylviah Institut Agama Islam Negeri Bone
  • Abu Muslim Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Keywords: tana toa kajang, kreatifitas keberagamaan, kepercayaan patuntung

Abstract

Relasi Islam dan agama lokal sebagai bagian dari perjumpaan keberagamaan dan kebudayaan masyarakat, merupakan kajian khazanah keagamaan yang salah satu tujuannya adalah untuk melihat bagaimana eksistensi agama dan kepercayaan lokal itu dalam menghadapi pengaruh doktrin dan narasi keberagamaan dari luar. Setelah melakukan wawancara, observasi, telaah dokumen naskah, dan inventarisasi tradisi lisan, dengan mengacu pada pendekatan sejarah, penelitian ini menemukan bahwa Tanah Toa Kajang sebagai semua komunitas lokal dengan kepercayaan patuntung yang telah mandarah daging, dapat tetap menjalankan ajaran keagamaan yang dianut, dengan melakukan adaptasi kultural dengan Islam sebagai agama yang hadir dan menawarkan perspektif baru tentang perilaku keberagamaan, namun oleh komunitas kajang justru dengan idealisme dan kepantuntungan yang dimiliki justru menklaim bahwa pada prinsipnya ajaran yang dibawa itu adalah ajaran yang juga telah lama dipegangi. Sesungguhnya Islam itu pada dasarnya lebih duluan lahir di tana toa kajang kemudian tersebar ke luar. Bangunan narasi ini menunjukkan bahwa kepercayaan Patuntung berhasil melakukan negoisasi keberagamaan dengan Islam, tanpa harus ada yang menaklukkan dan ditaklukkan. Dengan kreatifitas yang mereka miliki, mereka berhasil menerjemahkan Islam sesuai dengan lokalitas dimana mereka berada.

References

Adhan, S. (2005). Islam dan Patuntung di Tanah Toa Kajang: Pergulatan Tiada Akhir.

Akib, Y. (2003). Ammatoa Komunitas Berbaju Hitam. Makassar: Pustaka Refleksi.

Bahtiar. (2012). Islamisasi di Tiro, Bulukumba. periode JuniNovember 2012. Alqalam, Juni.

Bhaba, H. (1997). “Of Mimicry and Man”: The ambivalen of Colonial Discourse” Barkeley: University of California Press. In Frederick Cooper dan Ann Laura Stoler (eds), Tensions of Empire: Colonial Cultures in a Bourgeois World.

Cahaya. (2014). Proses Islamisasi di Kajang Bulukumba (Suatu Tinjauan Historis). Fakultas Adab IAIN Alauddin Ujung Pandang.

Cence, A. A. (1931). The Patuntungs in the Mountains of Kajang . Makassar: Naskah/Catatan laporan di KITLV.

Gibson, T. (2009). The Sun Pursued The Moon: Symbolic knowledge and Traditional Authority among the Makassar. Diterjemahkan Nurhady Sirimorok. 2009.

Inninnawa. Hasyim, P. (1981). Islam di Kajang Suatu Analisa Sosial Historis. Katu, M. A. (1980). Hubungan Pasang dengan Ammatowa di Kajang.

Mappasomba, A. (2012). Palammai, Ramli & . Sejarah Eksistensi Ada Lima Karaeng Tallua di Kajang. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba.

Mattulada. (1961). Ammatowa Salah Satu Manifestasi Kebudayaan di Indonesia.

Parekh, B. (2004). Rethinking Multikulturalisme : Cultural Diversity and Political Theory. London: Macmilland Press.

Sindhunata. (1983). Dillema Usaha Manusia Rasional: Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer dalam Rangka Sekolah Frankfurt. Jakarta: Gramedia.

Sitti., A. (1989). Nilai-Nilai Luhur Budaya Spiritual Masyarakat Ammatowa Kajang. Makasaar.: Kanwil Depdikbud Propinsi Sulawesi Selatan.

Tsing, A. L. (1998). In The Realm of Diamond Queen: Marginality in an Out of Way Place. Di Bawah Bayang- bayang Ratu Intan Proses Marjinalisasi Pada masyarakat Terasing .

Princeton University Press. Usop, K. M. (1978). Pasanga ri Kajang: Kajian Sistem Nilai di Benteng Hitam Ammatowa.
Published
2020-11-10