Mengungkap Makna dan Nilai Kelong Agama
Abstract
Tulisan ini memaparkan makna dan nilai yang tedapat dalam teks kelong agama. Kelong agama adalah salah satu jenis kelong yang dimiliki etnik Makassar. Kelong agama berisi hakikat dan sifat Tuhan, rasa bakti dan kewajiban manusia terhadap Tuhan, serta menegenai akhlak manusia. Kelong agama mencerminkan pola pikir yang penuturnya. Di dalam teks kelong agama terkandung makna dan nilai-nilai kehidupan pendukungnya. Makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam kelong agama etnik Makassar dianalisis dengan menggunakan teori semantik secara deskriptif kualitatif, dan eksplorasi kelong agama perspektif nilai. Penulisan ini melalui tahap, seperti: penelitian pustaka, klasifikasi, terjemahan, dan menganalisis data. Hasil penelitian kelong agama menunjukkan bahwa terdapat dua jenis makna, yaitu makna denotatif dan konotatif. Teks kelong agama mengandung beragam nilai yang masih relevan dengan kehidupan sehari-hari, diantaranya nilai; kepercayaan, moral, religious, kepatuhan, kepribadian, pengetahuan, dan evaluasi diri.
References
Baehaqie, Imam. (2013). Etnolinguistik "Telaah Teoritis dan Praktis". Surakarta: Cakrawala Media, 510.
Basang, Djirong. (1997). Taman Sastra Makassar. Ujung Pandang: CV. Alam. 19-38.
Daeng, Kembong. (2020). Kelong Pannyaleori Jilid I. Makassar: CV. Berkah Utami. 1-5.
Effendi, Rustam. (2021). Mahilung Bahasa, Sastra & Budaya Banjar. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. 123-135.
Endaswara, Suwardi. (2016). Sastra Ekologis: Teori dan Praktek Pengkajian. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service). 43-45, 6381.
Greertz, Clifford. (1993). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisisus. 40-67.
Hakim, Chaeruddin. (2016). Tafsir Kelong (Kajian Sastra Lisan Makassar). Makassar: De La Macca. 13-105.
Hidayat, Komaruddin. (2019). Agama Untuk Peradaban Membumikan Etos Agama dalam Kehidupan. Tangerang Selatan: PT. Pustaka Alvabet. 41-46, 61-63.
Labbiri. (2020). Sastra Kelong Menyibak Literasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal. Makassar: CV. Kanaka Media, 4.
Maknun, Tadjuddin. (2012). Nelayan Makassar Kepercayaan, Karakter dan Identitas. Makassar: Universitas Hasanuddin. 73-94.
Nurdin, Ali. (2015). Komunikasi Magis Fenomena Dukun di Pedesaan. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. 151-153.
Ong, Walter. J. (2013). Kelisanan dan Keaksaraan. Yogyakarta: Gading Publishing. 185.
Pudentia. (2008). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan. 374-409.
Rengko, Sumarlin. (2015). Makna dan Nilai Simbol dalam Kelong Tulembang pada Masyarakat Petani di Kabupaten Gowa: Kajian Semiotik. Makassar: Universitas Hasanuddin. 7. 145150, 156.
Rengko, Sumarlin. (2021). Mantra dan Kelong Pertanian Komunitas Tulembang di Kabupaten Gowa: Kajian Linguistik Antropologi. Makassar: Universitas Hasanuddin. 14, 232-238, 254.
Rengko, Sumarlin; dkk. (2021). Manifestasi Pengetahuan Ekologi Masyarakat Adat Sulawesi Selatan. Makassar: Nas Media Pustaka. 23.
Ricoeur, Paul. (2002). The Interpretation Theory Filsafat Wacana Membelah Makna dalam Anatomi Bahasa. Yogyakarta: IRCiSoD. 61-95.
Ruhimat, Mamat. (2019). Manusia, Tempat dan Lingkungan. Yogyakarta: Ombak. 43-74.
Saputra, Karsono. (2017). Puisi Jawa, Struktur dan Etika. Jakarta: Bukupop. 31-36.
Sudardi, Bani. (2003). Sastra Sufistik (Intenalisasi Ajaran-Ajaran Sufi dalam Sastra Indonesia). Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 1-11.
Sudaryanto. (2017). Menguak Tiga Faset Kehidupan Bahasa Fungsi Hakikinya, Pengelola Ilmunya, Kesalingterikatannya dengan Budaya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Perss. 36-80.
Sukmawan, Sony. (2016). Ekokritik Sastra, Menanggap Sasmita Arcadia. Malang: U.B Press. 137-151.
Vansina, Jan. (2014). Tradisi Lisan Sebagai Sejarah. Yogyakarta: Ombak. 290-301.
Yapi, Yoseph. T. (2011). Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera. 219247.